TEMPO.CO, Jakarta - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang menaburkan bubuk penghilang bau merk Deogone di Kali Item atau Kali Sentiong, Kemayoran, Jakarta Pusat, mengaku belum mendapat respon dari Pemerintah DKI Jakarta. Padahal, usaha mereka itu membantu menghilangkan bau di kali yang berdekatan dengan Wisma Atlet Kemayoran tersebut.
Baca juga: Hasil Tes Kejiwaan Keluar, Raja Kerajaan Ubur Ubur Dititip ke RSJ
"Respon positif baru dari media saja, dari Pemda belum ada," ujar Sekretaris DPD HKTI DKI Jakarta Suwardi Hagani saat dihubungi Tempo, Jumat, 24 Agustus 2018.
Menurut Suwardi, tindakan menabur Deogone pada 29 Juli 2018 memang inisiatif organisasinya. Segala pendanaan, kata Suwardi, 100 persen menggunakan dana saweran anggotanya.
Harga Deogone Rp 50 ribu per kilo gram. Saat penaburan Deogone, pihaknya telah menabur setengah ton. Artinya, ia dan teman-temannya telah mengeluarkan dana setidaknya Rp 25 juta.
Harga itu ia klaim sangat murah sebagai solusi menghilangkan bau di Kali Item, dibandingkan harga mesin nano buble yang mencapai ratusan juta rupiah. "Ada teknologi bangsa sendiri (Deogone), yang lebih murah dan terbukti," ujar Suwardi.
Deogone merupakan bubuk pembasmi bau busuk limbah cair dan sampah yang diciptakan oleh Tri Panji, seorang peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia. Serbuk pengusir bau itu telah dipatenkan sejak 2014.
Tri mengatakan bubuk Deogone bekerja dengan cara mendegradasi material yang berwarna dan berbau secara oksidatif. Setelah bubuk ini dituangkan, maka senyawa penyebab bau akan dioksidasi.
"Bubuk ini terbuat dari jamur pelapuk putih yang mengoksidasi senyawa yang membuat bau," kata Tri di Kali Sentiong, Kemayoran, Jakarta Utara, Ahad, 29 Juli 2018.
Paska penaburan itu, kini bau dari Kali Item tidak menyengat. Hal ini cukup berbeda jika dibandingkan satu bulan lalu, saat bubuk dan usaha penghilang bau belum dilakukan, bau Kali Item cukup menusuk hidung.
Lebih lanjut, Suwardi mengatakan belum ada rencana akan menaburkan kembali bubuk Deogone di kali-kali sekitar Jakarta setelah di Kali Item. Sebab, ia mengaku kondisi dana organisasi belum memadai untuk melakukan hal itu kembali.