TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai sistem ganjil genap yang diterapkan di DKI Jakarta terbukti bisa menjadi instrumen pengendali lalu lintas.
Baca: Alasan Transjakarta Maklum Usulan Soal Ganjil Genap Ditolak Anies
"Konsumen sangat diuntungkan dengan adanya ganjil genap yang diteruskan karena terbukti cukup positif sebagai instrumen pengendali lalu lintas," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi saat dihubungi di Jakarta, Selasa 4 September 2018.
Menurut Tulus, berdasarkan data dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta, ternyata hasil evaluasi ganjil genap setelah minggu ke-6 perluasan di sejumlah ruas jalan menunjukkan lima keberhasilan.
1. Peningkatan kecepatan laju kendaraan
Pada ruas jalan yang diberlakukan ganjil genap, kecepatan rata-ratanya naik antara 44 hingga 53 persen, sedangkan ruas jalan alternatif turun sebesar 2,17 persen.
2. Penurunan waktu tempuh
Terjadi penurunan waktu tempuh 34 persen karena laju kendaraan juga meningkat.
3. Perbandingan volume lalin dan kapasitas jalan
Perbandingan volume lalu lintas yang lewat dengan kapasitas jalan tesebut ( V/C Ratio) turun 20,37 persen, sedangkan jalan alternatif naik 6,48 persen.
4. Emisi CO2 turun
Perubahan emisi CO2 rata-rata turun 20,30 persen
5. Peningkatan pengguna kendaraan umum
Jumlah penumpang angkutan umum mengalami peningkatan. Transjakarta naik 40 persen, Trans Jabodetabek PPD naik 29 persen, Trans Jabodetabek Sinar Jaya 6 persen dan Trans Jabodetabek Lorena 98 persen.
Dengan demikian, kata Tulus, bisa ditarik kesimpulan bahwa ganjil genap sudah mampu membuat masyarakat mengubah perilaku dan ini momen yang baik untuk dipertahankan.
Namun, katanya menegaskan, pada implementasinya harus dievaluasi, misalnya, Sabtu Minggu tidak berlaku dan ruas jalan tertentu juga layak dievaluasi.
Pemberlakukan jam ganjil genap pun tidak perlu 'full day' (seharian penuh) karena kemacetan lalulintas sebenarnya hanya pada jam-jam sibuk (rush hour) saja.
Kepada petugas kepolisian, tambah Tulus, harus mengantisipasi anomali-anomali di ganjil genap, misalnya pemalsuan pelat nomor mobil dan pungli oleh oknum polisi.
Baca: Asian Para Games, Ganjil Genap Jalan Benyamin Sueb Mulai 1 Oktober
"Jika itu terjadi juga, maka bisa memicu inefisiensi ganjil genap dan akhirnya tidak optimal. Mari kita awasi bersama," kata Tulus.