TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta polisi mengusut tuntas penyebab tawuran sadistis yang berujung tewasnya siswa SMA Muhammadiyah 15 Slipi berinisial AH, 16 tahun. Menurut Ketua KPAI Susanto, polisi perlu mendalami pintu masuk atau infiltrasi perilaku sadisme tersebut.
Baca juga: Terima Berkas Richard Muljadi, Kejaksaan Punya Waktu 14 Hari
"Tapi, munculnya perilaku sadisme pada anak geneologinya tak bisa digeneralisir," kata Susanto melalui pesan singkat, Kamis, 6 September 2018.
Tawuran antarpelajar terjadi di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Sabtu dini lalu. Tawuran tersebut melibatkan siswa SMA Negeri 32, Madrasah Annajah dan SMA Moh. Husni Thamrin yang tergabung dalam Geng Gusuran Donat (Gusdon) melawan SMA Muhammadiyah.
Menurut Susanto, perlu adanya tindakan bersama dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta, sekolah, dan masyarakat untuk mencegah tawuran terjadi kembali. "Perlu ada program kolaboratif antar sekolah untuk meminimalisir tawuran. Ini yang penting dikembangkan agar anak tidak menjadi korban dan pelaku," ujar Susanto.
Selain itu, kata dia, perlu penguatan karakter anak. Menurut Susanto, semua pihak harus terus membantuh menumbuhkan karakter anak yang kuat. Jangan sampai, kata dia, generasi saat ini terinfiltrasi cara berfikir instan, jangka pendek dan tak bernafaskan nilai-nilai karakter.
"Untuk tawuran sadis ini menurut saya memang perlu didalami lagi penyebabnya," ujarnya.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Stefanus Tamuntuan menjelaskan tawuran antar geng remaja ini telah direncanakan sebelumnya. Sebab, salah satu dari anggota mereka membuat kesepakatan di media sosial untuk melakukan duel yang berujung maut.
"Setelah saling tantang lewat Instagram, mereka janjian untuk menentukan lokasi tawuran," ujarnya. "Setelah itu, mereka kabari lagi teman mereka di grup Whatsapp masing-masing untuk tawuran."
Untuk menghindari warga mencegah mereka, Menurut Stefanus, para remaja tersebut merencanakan tawuran pada dini hari sekitar pukul 03.30 pagi. Sebab, kondisi lingkungan dan jalan masih sepi. "Pengawasan dari warga maupun petugas juga berkurang," ujarnya.
Tawuran yang terjadi pada Sabtu dini hari lalu itu, ujar Stefanus, melibatkan lebih dari 50 pelajar. Bahkan, kata dia, tawuran di kawasan Kebayoran Lama kemarin tidak bisa lagi disebut tawuran pelajar. Melainkan, Stefanus berujar, "Ini sudah tawuran antar geng remaja yang anggotanya adalah pelajar."