Kebohongan kedua adalah tentang perstiwa yang awalnya diaku sebagai kasus pengeroyokan. Stefanus memastikan korban tewas dalam tawuran antar geng pelajar atau remaja. Penyataan Stefanus tersebut, mengoreksi keterangan sebelumnya bahwa korban diikuti oleh lima motor yang ditumpangi 10 orang, lalu terjadi pengeroyokan.
Baca:
Tawuran Pelajar Dirancang lewat Medsos, Polisi Bakal Patroli Siber
Menurut Stefanus, cerita korban dibuntuti tersebut didapatkan dari keterangan saksi yang ditanya di sekitar lokasi. Namun, begitu polisi menangkap para pelajar yang diduga tawuran itu, didapat kronologi lain bahwa kejadian tersebut merupakan tawuran yang direncanakan dengan melibatkan puluhan pelajar.
Sebanyak 29 pelajar sempat dijaring sepanjang penyelidikan polisi sebelum Kamis 6 September 2018 diumumkan tersangka sebanyak 10 pelajar. “Jumat sore mereka janjian tawuran lewat Instagram,” ucap Stefanus. “Jadi memang terjadi bentrokan antar dua geng.”
Kepala SMA Muhammadiyah 15 Slipi, Asrunas Imran, yakin kalau muridnya tak berbohong tentang tawuran atau pengeroyokan. Korban tewas adalah pelajar dari sekolah itu.
“Murid saya hanya berempat dan tidak ada yang membawa senjata tajam saat itu," ujar Imran saat ditemui di kantornya, pada Selasa, 4 September 2018. "Cari mati namanya kalau cuma berempat mau tawuran."