TEMPO.CO, Jakarta - Kematian sejarawan Peter Kasenda membuat dunia akademis kehilangan sosok yang mendalami pemikiran Presiden Soekarno, pendiri bangsa Indonesia.
Baca: Sejarawan Peter Kasenda Akan Dimakamkan di TPU Pondok Rangon
Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia, Linda Sunarti, menyatakan mengenal Peter Kasenda sebagai senior yang berdedikasi tinggi. Dia menilai kecintaan Peter terhadap ilmu dan pengetahuan sejarah tidak perlu diragukan.
Linda menyebut Peter Kasenda yang juga tenaga ahli di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), badan bentukan Presiden Jokowi, sebagai ahli mengenai pemikiran Soekarno dan Pancasila.
“Beliau dengan senang hati akan datang jika diundang para juniornya untuk berbagi pengetahuan,” ujarnya, Selasa 11 September 2018.
Sejarawan Peter Kasenda ditemukan meninggal rumahnya, Perumahan Jatikramat Indah Sari Gaperi, RT 06 RW 06, Kelurahan Jatibening Baru, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, Senin, 10 September 2018. Diperkirakan Peter Kasenda meninggal sejak Jumat akibat serangan jantung.
Dosen Ilmu Sejarah Sejarah Universitas 17 Agustus 1945 ini pertama kali menulis mengenai Bung Karno pada 2 Oktober 1986. Tulisannya diterbitkan di Harian Prioritas.
Alumni Ilmu Sejarah Universitas Indonesia ini juga menulis biografi tokoh militer seperti Nugroho Notosusanto, Tahi Bonar Simatupang, dan Sarwo Edhie Wibowo. Diterbitkan jurnal Prisma pada 1991, 1992, dan 1993.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan dirinya mengenal sosok Peter Kasenda sebagai intelektual publik yang produktif. Perhatian utamanya adalah sejarah dan pemikiran politik di Indonesia.
Baca: Karangan Bunga dari BPIP sampai MPR Banjiri Rumah Duka Peter Kasenda
Menurut Hilmar, pengetahuan Peter Kasenda mengenai sosok Sukarno sangat mendalam. “Kemampuannya untuk menempatkan pemikiran Bung Karno dalam kenyataan hari ini juga luar biasa,” katanya.