TEMPO.CO, Jakarta - Sejarawan J.J. Rizal mengatakan apel Rekonstruksi rapat Ikada 1945 yang digelar di lapangan Monas siang ini akan berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, di apel kali ini tak hanya para pejabat yang hadir, namun juga ribuan masyarakat.
Baca: 3.000 Warga Jabodetabek Gelar Reka Ulang Rapat Ikada di Monas
Rizal menjelaskan, peringatan rapat akbar Ikada pada tahun sebelumnya hanya dihadiri pejabat negara. "Sejatinya di peristiwa itu (pada 1945) yang hadir masyarakat luas, orang kampung dan pesilat-pesilat dari perguruan di kampung-kampung Betawi," ujar Rizal, Ahad, 16 September 2018.
Kedatangan masyarakat dalam rapat itu tidak lain untuk mendengarkan mendengarkan penjelasan Presiden Sukarno, ihwal kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamasikan satu bulan sebelumnya. "Dengan adanya rapat Ikada, membuka mata dunia bahwa proklamasi adalah keinginan rakyat," ujar Rizal.
Acara bertajuk "Samudera Merah Putih" itu akan berlangsung di lapangan Monas dan Balai Kota DKI Jakarta pada 16-20 September 2018. Selain apel rekonstruksi, panitia juga menggelar pameran foto dan diskusi sejarah.
Sekitar 3.000 warga Jabodetabek yang tergabung dalam Forum Warga Betawi akan menggelar pertunjukan teatrikal reka ulang rapat Ikada di Monas. Selain itu, sebanyak 76 organisasi silat tradisi Betawi dari 20 aliran "maen pukulan," jaringan masyarakat kampung di Jakarta, dan atlet pencak silat Asian Games 2018 juga akan terlibat di dalam acara tersebut
Rizal mengatakan acara ini sebagai upaya menambah bobot nilai sejarah pada apel peringatan rapat rakasasa Ikada yang rutin diperingati Pemerintah Provinsi DKI setiap tahun.
Berita sebelumnya: Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Siapakah Moeffreni Moe'min
Adapun alasan pelibatan para pesilat itu, Rizal mengatakan karena mayoritas peserta rapat Ikada 1945 adalah kampung dan pesilat. Sehingga pelibatan mereka akan semakin merekonstruksi peristiwa sejarah 73 tahun silam itu.