TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Resor Bogor, Ajun Komisaris Besar Andy M. Dicky, mengatakan tawuran pelajar saat ini sulit ditebak. Dia merujuk pada dua kasus terbaru yang menyebabkan dua pelajar tewas, satu kritis, dan 16 ditangkapi.
Baca:
Dalam 48 Jam, Tawuran Pelajar SMP dan SMA Terjadi di Wilayah Ini
Tawuran Pelajar di Bogor: 48 Jam, 2 Tewas, 1 Kritis
Dicky mengatakan, dua kejadian tawuran, masing-masing antar pelajar setingkat SMP dan SMA, tersebut gagal diantisipasi karena tren sudah berubah. Biasanya, dia mengatakan, tawuran pelajar terjadi pada waktu pulang sekolah. Tapi belakangan terjadi pada sore hingga malam.
“Dan mereka biasanya sudah melepas baju seragamnya jadi sulit membedakannya antara pelajar dan orang biasa,” kata Dicky, Senin 17 September 2018.
Menurut Dicky, fenomena pelajar saat ini khususnya di Kabupaten Bogor, sudah bergeser. Dari awalnya berkompetisi dalam dunia akademis kini kompetisi berubah menjadi saling adu kekuatan antar sekolah.
Baca juga:
Dua Kesaksian Palsu Dalam Tawuran Sadistis Geng Pelajar Gusdon
“Kalau para anak ini sekolah bawa sajam, kan niatnya sudah tidak sekolah tapi urakan. Ini perlu penanganan bersama,” kata Dicky.
Kepolisian Resor Bogor akan membahas persoalan perubahan fenomena itu bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. Dicky berharap ada langkah tegas yang bisa diambil, misalnya pencabutan izin sekolah oleh dinas. “Rencananya Rabu besok kami akan bahas ini,” kata Dicky.