TEMPO.CO, Bekasi – Sebuah video tentang beberapa orang warga asing asal Cina melakukan kegiatan pengukuran tanah di sekitar proyek depo light rail transit (LRT) Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi viral di media sosial. Dalam video tersebut, WNA tersebut tak dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
"Kejadiannya sekitar dua pekan lalu, tepatnya 5 September," kata Karta Sitepu, warga yang merekam WNA yang sedang mengukur tanah tersebut pada Senin, 17 September 2018.
Baca juga: Tanpa Modal, Ratu Prabu Biayai LRT dari Pinjaman Bank Cina
Karta mengatakan, jumlah pria yang diduga adalah tenaga kerja asing (TKA) asal Cina tersebut empat orang. Mereka membawa alat ukur digital. Kehadiran mereka di sana mengundang perhatian. Soalnya, situasi di lokasi tersebut kini sedang memanas menyusul pemerintah ingin membangun depo LRT.
"Saya hampiri, mereka diam saja," ujar Karta.
Rupanya, menurut dia, ekspatriat tersebut tak dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia serta bahasa Inggris. Sedangkan dua orang warga Indonesia yang mendampingi tak banyak bicara.
Tak dapat menjelaskan perihal kegiatan di sana, kata dia, warga asal Cina tersebut lalu pergi dari lokasi. "Di sini potensi kena proyek, makanya warga selalu was-was," kata dia.
Karena itu, Karta mengatakan jika ada perusahaan atau pemerintah hendak melakukan kegiatan di wilayahnya, agar berkoordinasi dengan pengurus RT maupun RW. Hal ini agar tidak terjadi kesalahpahaman, dikhawatirkan justru terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Warga setempat, Mahmud, 50 tahun, mengatakan lahan di antara Kalimalang dengan Tol Jakarta-Cikampek bakal terkena proyek pembangunan depo LRT. Kini lahan itu ada yang berstatus milik warga, ada juga milik pemerintah terutama di bantaran Kalimalang. "Kalau yang milik warga sudah beres, tinggal pembayaran," ujar dia.
Simak juga: Beroperasi di Asian Games 2018, Ini 5 Fakta Kereta LRT DKI
Berbeda dengan lahan milik pemerintah yang kini terdapat permukiman warga. Menurut dia, belum ada titik temu antara pemerintah pusat dengan warga di sana.
Beberapa kali situasi memanas, bahwa ratusan aparat kepolisian diterjunkan ke lokasi. "Yang banyak lapo masih belum beres, soalnya sering panas," ujar pria yang akan mendapatkan ganti rugi 400 meter tanah dari proyek LRT ini.