TEMPO.CO, Jakarta – Polisi menyelidiki aksi vandalisme yang ditemukan di rangkaian kereta mass rapid transit di Depo di MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Jumat, 21 September 2018. Kepala Kepolisian Sektor Cilandak Komisaris Prayitno mengatakan aksi vandalisme itu diketahui pertama oleh petugas security di sana sekitar pukul 07.30 kemarin.
Baca juga: Penyusupan ke Depo MRT, Kereta Baru Jadi Korban Vandalisme
"Jam 11.00 kemarin mereka langsung melaporkan aksi vandalisme itu ke Polsek Cilandak," kata Prayitno saat dihubungi, Sabtu, 22 September 2018.
Bahkan, kata dia, pada pukul 17.00 kemarin, PT Sumitomo sebagai kontraktor pembangunan MRT juga datang ke Polsek Cilandak untuk menyampaikan laporan kembali secara tertulis terkait aksi vandalisme ini.
Setelah mendapatkan informasi, polisi langsung mendatangi lokasi. Namun, kata Prayitno, polisi belum menemukan petunjuk yang mengarah kepada pelaku.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, kata Prayitno lagi, polisi hanya menemukan krat teh botol yang diduga menjadi alat untuk pelaku menaiki tembok. "Kami masih cari bukti lain," ujarnya.
Polisi telah memeriksa tiga orang saksi untuk menyelidiki kasus ini. Ketiga saksi yang diperiksa adalah Direktur Operasional MRT dan dua security yang melaporkan kejadian ini. "Masih pendalaman dan kami juga mencari saksi lainnya," ujarnya.
Menurut dia, pelaku sangat mudah masuk ke dalam Depo MRT Lebak Bulus karena sebagian tembok sangat rendah. Bahkan, ketinggian tembok ada yang hanya 2,5 meter di dekat tempat krat itu ditemukan.
Simak juga: 3 Insiden di Proyek MRT Jakarta, Apa Saja?
"Harusnya ditinggikan lagi. Sebab, ketinggian tembok tidak merata," ujarnya.
Pantauan Tempo ketinggian Tembok tidak merata dari 2,5-7 meter. Tembok yang paling rendah berada sekitar 100-200 meter dari kantor MRT yang berada di dekat Depo Lebak Bulus. Bahkan, bagi orang dewasa bisa langsung menaiki tembok tersebut tanpa memerlukan alat bantuan.