TEMPO.CO, Jakarta - Aksi vandalisme di dua jenis kereta yang berbeda, rangkaian Kereta Rel Listik atau KRL dan rangkaian kereta Mass Rapid Transit (MRT) terjadi dalam waktu yang berdekatan.
Pada Selasa pekan lalu, 11 September 2018, rangkaian KRL milik PT Kereta Commuter Indonesia menjadi sasaran coretan grafiti pelaku aksi vandalisme di kawasan Parung Panjang.
Baca : Aksi Vandalisme Pernah Timpa KRL, PT KCI: Korbankan Ribuan Penumpang
Tak sampai dua pekan berlalu, Jumat pagi, 21 September 2018, PT Mass Rapid Transit Jakarta yang terparkir di Depo Lebak Bulus, menjadi sasaran vandalisme.
Kepala Kepolisian Sektor Cilandak Komisaris Prayitno mengatakan polisi masih menyelidiki kasus vandalisme yang terjadi di Depo Lebak Bulus. "Kami sedang konsentrasi dengan tim (untuk menyelidiki)," kata Prayitno, Minggu, 23 September 2018.
Terkait dugaan ada kesamaan pelaku aksi vandalisme di kawasan Parung Panjang dan di wilayanya, ia berujar, "Belum menyelidiki ke arah sana."
Kereta Rel Listrik (KRL) melintasi Stasiun Sudirman Baru yang masih dalam tahap penyelesaian pembangunannya di Jakarta, 31 Oktober 2017. ANTARA FOTO
Prayitno mengatakan polisi masih berfokus pada pemeriksaan saksi dan mencari rekaman kamera pengintai (CCTV) di kawasan Depo Lebak Bulus. Sebab, satu kamera pengintai di gedung MRT, yang telah diperiksa tidak mengarah ke titik lokasi aksi vandalisme di Depo Lebak Bulus.
Simak juga :
20 Tahanan Kabur Polres Kepulauan Seribu, Satu Ditangkap di Depok
"Jarak antara CCTV yang kami periksa dengan titik lokasi 200 meter. Kami sedang cari CCTV yang lain," demikian Prayitno
Menurut dia, kawasan Depo MRT Lebak Bulus sebagai objek penting semestinya terpasang CCTV di titik-titik yang rawan, termasuk dari penyusup seperti pelaku aksi vandalisme. Namun, dari penelusuran polisi, di kawasan Depo Lebak Bulus hanya ada satu CCTV, yakni di dalam gedung MRT yang diperiksa polisi. "Kami sudah sarankan untuk penambahan CCTV," ujarnya.