TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) Adi Ripaldi mengatakan musim kemarau di Jakarta diperkirakan baru berakhir pada akhir Oktober ini. “Termasuk Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan," kata Adi, Sabtu, 29 September 2018.
Adi menjelaskan, berdasarkan citra inframerah dan Water Vapor Himawari-8 pukul 05.10 WIB, terdapat sel awan konvektif signifikan di wilayah Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Fenomena ini menjelaskan bahwa hanya di wilayah tersebut hujan kemungkinan turun. "Sedangkan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara masih bersih dari sel awan konvektif," ujarnya.
Menurut Adi, periode musim kemarau yang saat ini melanda Pulau Jawa lebih panjang dibanding tahun lalu. Tahun ini kemarau datang lebih awal dan selesai lebih lama, yaitu dimulai April dan diperkirakan berakhir awal November. "Sedangkan pada 2017 periode musim kemarau itu bulan Mei dan selesai di Oktober," ujar dia.
Hujan yang turun di sebagian wilayah Jakarta dalam beberapa hari terakhir, kata Adi, hanya bersifat lokal. Kondisi itu belum menunjukkan musim hujan tiba.
Adi menjelaskan untuk musim kemarau saat ini, angin bertiup lebih kencang dan udara terasa kering. "Suhu udara di siang hari akan terasa lebih panas. Sebab langit bersih dari awan hujan, sehingga sinar matahari langsung turun ke bumi," ujar Adi.