TEMPO.CO, Jakarta - Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 46 Jakarta masih mempertanyakan penggunaan dana yang diterima dari panitia Asian Games untuk siswa yang terlibat sebagai penari Ratoh Jaroe. Sebab mereka menilai, pihak sekolah yang mengelola dana tidak transparan. Apalagi, berdasarkan hitungan siswa, ada sisa dana sebesar Rp 88 juta yang tidak jelas penggunaannya.
Baca: Siswa Penari Ratoh Jaroe Asian Games Tetap Berharap Dapat Honor
"Jumat kemarin kami demo untuk meminta transparansi sisa dana Rp 88 juta itu," kata seorang siswi kelas XII SMAN 46 yang tidak mau namanya disebutkan, Senin, 1 Oktober 2018.
Siswi itu mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima, setiap siswa penari Ratoh Jaroe mendapat honor US$ 15 atau sekitar Rp 200 ribu untuk sekali latihan. Sementara honor yang diterima masing-masing siswa hanya sebesar Rp 650 ribu untuk 13 kali latihan. "Per latihan dihitung mendapatkan Rp 50 ribu," kata siswa tersebut.
Menurut Wakil Kepala SMA 46 Maryana, kata siswa tersebut, honor Rp 50 ribu per satu kali latihan itu sudah menjadi kesepakatan seluruh sekolah. “Tapi ternyata di sekolah lain berbeda. Ada yang mendapatkan Rp 700 ribu sampai Rp 900 ribu," ujar siswa itu.
Kepala SMAN 46 Farid Wahidin tidak bersedia menjelaskan penggunaan dana yang diterima dari panitia Asian Games. "Saya malas," ujarnya. "Silakan tanya ke Dinas Pendidikan."
Maryana juga tidak memberi penjelasan rinci. Ia menilai hitungan siswa ihwal sisa dana sebesar Rp 88 juta itu tidak benar. Masalah ini terjadi karena komunikasi yang tidak berjalan baik antara siswa dan guru yang terlibat dalam proses latihan.
Baca:
Belum Dapat Honor, Siswa Penari Ratoh Jaroe Bikin Petisi
Maryana belum bisa menyebutkan angka pasti terkait dana penari Ratoh Jaroe Asian Games. Sebab bagian keuangan sekolah masih menghitung biaya yang dikeluarkan untuk latihan. Dia meminta siswa bersabar menunggu laporan akhir penggunaan dana. "Nanti kami berikan lagi sisanya. Sekarang masih kami hitung," katanya.