Sebelum Sandiaga mengundurkan diri dari jawaban wakil gubernur, pernah memaparkan bagaimana kendala program itu. Sandiaga yang kini maju sebagai calon wakil presiden yang berpasangan dengan calon presiden Prabowo Subianto, mengakui program OK-OTrip tidak berjalan sesuai rencana.
Menurut Sandiaga, salah satu kendalanya karena baru dua operator yang bergabung dalam program tersebut. "Persentase-nya memang masih rendah, tapi akan digenjot," kata Sandiaga di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Juli 2018.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan wakilnya, Sandiaga Uno, berfoto setelah berdiskusi di ruang gubernur, Balai Kota, Jakarta, Kamis sore, 9 Agustus 2018. Duet pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini akan berakhir setelah sekitar sembilan bulan bekerja. Anies dan Sandiaga memenangi pilkada DKI pada 2017. Foto: twitter.com/aniesbaswedan
Sandiaga menambahkan, program OK-OTrip direncanankan menjangakau 30 rute. Sementara itu, dua operator yang bergabung sejak Januari 2018, hanya bisa melayani enam rute. Jumlah kendaraan yang tersedia hanya 100 unit, padahal target kebutuhannya 2.600 unit.
Baca: Penyebab Mogok Koperasi Angkot OK-OTrip Trayek OK-2
Alasan operator enggan bergabung dengan OK-OTrip, kata Sanidaga, umumnya soal tarif yang terlalu murah sehingga dinilai tidak menguntungkan. PT Transjakarta yang sebagai operator utama dalam program OK-OTrip awalnya menetapkan tarif pembayaran sebesar Rp 3.459 per kilometer dengan target 190 kilometer per hari.
Kebijakan itu hanya mampu menggaet dua koperasi untuk bergabung, yakni Koperasi Wahana Kalpika dan Budi Luhur. Transjakarta kemudian menaikkan tarif menjadi Rp 3.739 per kilometer dengan target 175 kilometer sehari. Ternyata ini juga belum mampu menarik koperasi lain untuk bergabung.
Pada Senin, 1 Oktober 2018, Anies menyaksikan penandatanganan kerja sama atau Memorandum of Understanding/MoU antara PT Transportasi Jakarta dengan enam operator bus kecil. Tanda tangan itu sekaligus menutup masa uji coba OK-OTrip.