TEMPO.CO, Jakarta - Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) memperkirakan ada 129 kelurahan di Jakarta yang berpotensi terendam banjir pada musim hujan mendatang. Hampir separuh dari jumlah kelurahan di Ibu Kota tersebut rentan diterjang banjir karena terhentinya program normalisasi 13 sungai.
Baca: Banjir Jakarta Masih Terjadi, Ada 3 Kendala Normalisasi Ciliwung
Kepala BBWSCC Bambang Hidayah menuturkan perkiraan jumlah kelurahan rawan banjir itu didasari data kelurahan yang terendam banjir pada Februari tahun lalu. “Data itu masih jadi acuan kami karena kegiatan normalisasi (sungai) kan belum ada proses. Terkendala pembebasan lahan,” ujar dia kepada Tempo, Jumat, 5 Oktober 2018.
Pada Februari lalu, sejumlah kelurahan di Jakarta diterjang air bah kiriman dari hulu Kali Ciliwung. Kala itu, banjir merendam kelurahan yang berdekatan dengan aliran sungai tersebut, seperti Pejaten Timur (Jakarta Selatan), Cililitan, Cawang, hingga Kampung Melayu (Jakarta Timur). Banjir kala itu mengakibatkan 11.824 jiwa mengungsi ke 55 lokasi di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Musim hujan di Jakarta diperkirakan dimulai pada November mendatang. Adapun puncaknya diprediksi terjadi pada Februari. Pada bulan-bulan tersebut, menurut Bambang, potensi banjir berasal dari luapan sejumlah sungai seperti kali Angke, Pesanggrahan, Krukut, Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Sunter, Cipinang, dan Cengkareng Drain. Kelurahan yang paling berpotensi terendam banjir kebanyakan berada di pinggir Ciliwung, yakni 28 kelurahan.
Bambang menuturkan program normalisasi sungai tahun ini tersendat karena terganjal masalah pembebasan lahan. Normalisasi Sungai Ciliwung, misalnya, baru berjalan sekitar 16 kilometer. Padahal, Balai Besar berencana melebarkan aliran sungai itu sepanjang 33 kilometer.
Normalisasi sungai di Jakarta dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui BBWSCC. Adapun pembebasan lahannya menjadi tugas Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta.
Tahun ini, pemerintah DKI mengalokasikan dana pembebasan lahan untuk normalisasi sungai sebesar Rp 853 miliar. Namun, hingga awal September lalu, realisasi penyerapan anggarannya baru Rp 400 miliar.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI, Rodia Renaningrum, mengklaim telah mengantisipasi potensi banjir pada musim hujan mendatang. Misalnya, Dinas mengeruk waduk-waduk di kawasan hulu agar menampung banyak air pada musim hujan.
Dinas juga menyiagakan pompa-pompa air. Dinas memiliki 436 pompa stasioner di 153 lokasi. Selain itu, Dinas memiliki 102 unit pompa mobile. Kondisi pompa-pompa itu, menurut Rodia, 92 persen dalam keadaan baik, 6 persen dalam perbaikan, dan 2 persen perlu diganti.
Baca: Ciliwung Dibeton di Era Ahok, Mengapa Kampung Pulo Masih Banjir
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Teguh Hendarwan menambahkan, instansinya akan terus membersihkan dan mengeruk saluran air. Kalaupun banjir kelak terjadi, dia menargetkan, genangan air akan surut dalam waktu kurang dari empat jam. “Maksimal dua sampai tiga jam,” kata dia.
ADAM PRIREZA