TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta akan memeriksa lima siswa SMA 87 Jakarta pada Selasa, 16 Oktober 2018. Ketua Divisi Hukum dan Penanganan Pelanggaran Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta Puadi menyatakan, Bawaslu DKI mendatangi siswa alias jemput bola.
Baca: Dugaan Guru Hasut Siswa Benci Jokowi, Nelty: Klarifikasi Tidak Pas
"Besok (hari ini) pukul 14,00 WIB kami jemput bola datang ke SMA 87 untuk memintai keterangan beberapa siswa," kata Puadi di gedung Bawaslu DKI, Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin malam, 15 Oktober 2018.
Kemarin, Senin, 15 Oktober 2018, Bawaslu DKI memeriksa tiga orang yaitu Nelty, guru yang diduga mendoktrin murid anti-Presiden Joko Widodo atau Jokowi; kepala sekolah SMA 87; dan orangtua siswa. Orangtua tersebut diketahui melaporkan ke kepala sekolah ihwal dugaan doktrin anti-Jokowi. Anaknya yang duduk di kelas 12 ada saat kejadian berlangsung.
Puadi menjelaskan, Nelty membawa murid kelas 12 ke masjid sekolah sebagai bagian dari proses belajar agama Islam. Waktu itu, Nelty mempertontonkan video gempa Palu kepada 36 siswa. Nelty, kata dia, mengklaim telah mengajar sewajarnya.
Di dalam masjid itu, Nelty memberikan studi kasus dan mengkritisi insiden Palu. Karena itulah, Bawaslu DKI memerlukan keterangan penguat dari siswa kelas 12 yang mengikuti proses pembelajaran. Puadi akan mengambil sampel sebanyak lima siswa.
Nelty merupakan pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja sebagai guru agama Islam di SMA 87 Jakarta. Nama Nelty mencuat dan viral setelah diduga menghasut siswa untuk membenci Jokowi.
Simak juga: Kata Siswa SMAN 87 tentang Guru Terduga Hasut Murid Benci Jokowi
Dalam informasi yang dihimpun, seorang pengadu menyebutkan Nelty memperlihatkan video gempa dan tsunami di Palu kepada para siswa. Pengadu menyebutkan guru tersebut menyalahkan Jokowi atas banyaknya korban bergelimpangan dalam bencana di Palu.