TEMPO.CO, Jakarta - Dalam uji balistik kasus peluru nyasar ke Gedung DPR yang digelar Selasa, 23 Oktober 2018, petembak Anang Yulianto berdiri tegak di depan sasarannya yang berjarak 300 meter. Dengan cekatan ia mengokang pistol Glock 17 dengan tangan kirinya.
Sejurus kemudian, pria 41 tahun itu mengarahkan senjata api yang dipegangnya ke kaca berukuran 1x2 meter yang menjadi sasarannya. Anang menunggu aba-aba komandannya untuk melontarkan peluru dari senjatanya.
Baca : Pistol Glock Sanggup Tembus Kaca 6 mm Plus 3 Lapis Tripleks
"Dor," bunyi peluru kaliber 9x19 mm melesat setelah anggota penembak Pasukan Brigadir Mobil Kelapa Dua, Depok berpangkat Ajun Inspektur Satu itu diberikan sinyal untuk menembak.
Usai melontarkan tembakan Anang langsung menoleh ke samping kirinya. Ia bertanya kepada rekan di sampingnya yang membawa teropong tele untuk menanyakan hasil tembakannya.
Setelah dikeker menggunakan teropong jarak jauh itu, peluru pertama Anang meleset dari sasaran yang dibidiknya. Ia pun mencoba kembali dengan ancang-ancang yang sama. Peluru kedua pun belum mengenai sasaran.
Atlet menembak, yang juga anggota Tim Gegana Brimob, Anang Yulianto, melakukan tembakan menggunakan pistol Glock 17 dan peluru 9 x 19 dalam uji balistik peluru nyasar ke Gedung DPR di Mako Brimob, Depok, Selasa, 23 Oktober 2018. Dalam uji balistik ini, tim Labfor ingin melihat lesatan dan jangkauan peluru. TEMPO/M Taufan Rengganis
Hingga tujuh peluru muntah dari lubang Glock yang dipegang Anang, proyektil belum juga menembus sasarannya. Peraih medali emas lomba tembak target SEA Games 2011 itu, berhenti sejenak.
Anang menganalisa penyebab tembakannya belum menuju target. "Saya analisis udara tadi siang itu lembab dan padat. Peluru 9 mm PMC Luger buatan Amerika itu terlalu ringan untuk menembus cuaca seperti tadi siang," kata Anang. Anang mulai menembak sekitar pukul 09.50.
Setelah menganalisis keadaan lingkungan, Anang kembali di posisinya. Kedua tangannya mantap memegang dan mengarahkan Glock ke sasarannya. "Dor," tembakan ke delapan terdengar.
Anang pun langsung menoleh ke kiri untuk bertanya arah tembakannya ke pemegang teropong. Pemegang teropong memberi kode tembakannya tepat mengenai sasaran.
Simak : Uji Balistik Peluru Nyasar, Polisi Buktikan Daya Tembak Glock 17
"Pistol glock 17 kaliber 9 mm tidak dirancang secara khusus buat nembak hingga jarak 300 meter," kata Anang menjelaskan.
Menurut dia, senjata api yang dipegangnya mempunyai jarak efektif akurasi maksimal 50 meter. Menurut dia lagi, jika jarak sasaran lebih dari 50 meter, maka ketepatan target bakal ditentukan beberapa faktor di antaranya skil petembak, cuaca dan keberuntungan. "Glock kaliber 9 mm untuk sasaran jarak dekat."
Aksi tembak sasaran yang dilakukan Anang merupakan uji balistik peluru nyasar di Gedung DPR. Uji balistik dilakukan untuk membandingkan daya lesat peluru kaliber 9x19 mm yang menggunakan senjata api Glock 17 di Mako Brimob dengan peluru nyasar yang mengenai Gedung DPR RI pada 15 Oktober lalu.
Dari hasil uji balistik tersebut, Pusat Laboratorium Forensi Polri menyimpulkan daya lesat peluru nyasar di Gedung DPR sama dengan senjata api dan peluru yang ditembakan Anang. Sebab, Anang menggunakan peluru kaliber 9 yang digunakan tersangka penembak yang memicu peluru nyasar ke gedung DPR.
Kepala Sub Direktorat Senjata Api Pusat Laboratorium Mabes Polri Komisaris Arif Sumirat mengatakan berdasarkan referensi jarak peluru kaliber 9x19 mm bisa melesat sampai 2 km.
Baca juga : Peluru Nyasar, Wacana Lapangan Tembak Senayan Ditutup Menguat
Hal itu terlihat dari uji balistik peluru dan senjata api yang digunakan tersangka peluru nyasar di Lapangan Tembak Markas Komando Kelapa Dua, Depok, hari ini, 23 Oktober 2018.
"Saat uji balistik terlihat peluru kaliber yang digunakan tersangka bisa menembus kaca dengan tebal 6 mm yang menjadi sasaran dari jarak 300 meter," kata Arif seusai uji balistik di Lapangan Tembak Mako Brimob Kelapa Dua, terkait kasus peluru nyasar ke Gedung DPR tersebut.