TEMPO.CO, Jakarta - Shendy Hidayatullah, menjalani sekitar lima jam peristiwa pembegalan dan penyekapan oleh dua kelompok orang yang berbeda, Kamis 25 Oktober 2018 lalu. Lolos dari dua peristiwa itu tak lalu membuatnya bisa mendapatkan pertolongan dengan segera.
Baca:
Siapa Pelaku Penyekapan Mengaku Polisi? Ini Penuturan Shendy
Dari peristiwa pembegalan, pemuda berusia 19 tahun ini mendapat luka bacok di punggung. Pembegalan berawal ketika dia keluar dari kampusnya Universitas Islam ’45 Kota Bekasi untuk membeli makanan sekitar Pukul 01.00.
Saat itu Shendy yang menunggangi sepeda motor kawannya berhasil meloloskan diri. Susah payah mencari pertolongan, dia bertemu dengan sebuah mobil berisi empat orang yang mengaku polisi. Dia dibawa mobil itu ke sebuah kawasan yang belakangan diketahui adalah kawasan Pondok Gede.
Tapi Shendy dibawa bukan untuk mendapatkan keselamatan dan perawatan. Dia justru mengalami penganiayaan lain yakni penyekapan, karena dikira sebagai pelaku begal.
Baca:
Siapa Shendy, Lolos dari Begal Lalu Berjuang Selamatkan Diri dari Penyekapan?
Shendy selamat dari penyekapan sekitar pukul 05.30 WIB, ketika hari mulai terang. Ia berupaya membuka lakban di mulut menggunakan ludah, dan memanfaatkan paku menempel di kusen rumah kontrakan kosong tanpa pintu tempat dia ditinggalkan.
"Saya hanya bisa melihat melalui sela lakban di bawah mata," ujarnya ketika ditemui dan mengisahkan pengalaman dua peristiwa itu, Sabtu 27 Oktober 2018.
Ia lalu keluar rumah dan berteriak minta tolong. Menurut dia, ada seorang ibu-ibu berada di depan rumahnya. Ibu-ibu yang mendengarkan dan melihatnya meminta bantuan lalu menghampirinya. Namun, tak langsung menolongnya, melainkan menginterogasi lebih dulu, meskipun matanya masih tertutup lakban. "Saya bilang, kalau saya ini korban begal," kata dia.
Baca:
Kronologi Mahasiswa Unisma Bekasi Dibacok Begal dan Disekap
Tak lama kemudian, datang lagi warga lainnya. Meski begitu, mereka masih belum berani menolong. Karena itu, Shendy hanya meminta segelas air mineral, karena cukup haus. Lakban di mata dan di tangan baru dibuka setelah ada anggota polisi datang usai dilapori oleh warga. "Kemudian saya dibawa ke kantor polisi," kata dia.
Kepala Polres Metro Bekasi Kota, Komisaris Besar Indarto ketika dikonfirmasi membenarkan peristiwa itu. Namun, menurut dia, pelakunya masih dalam penyelidikan. "Kasusnya masih diselidiki," ujarnya.