TEMPO.CO, Jakarta -Satu di antara korban pesawat Lion Air jatuh adalah Darwin Harianto, seorang konsultan lingkungan di PT Amas Interconsul. Darwin dalam perjalanan untuk tugas survei tanah calon perkebunan kelapa sawit di Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, saat pesawat lion air yang ditumpanginya hilang kontak dan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin 29 Oktober 2018.
Baca:
Ketua RT Ini Korban Lion Air Jatuh, Warga Satu Perumahan Berduka
“Terakhir saya bertemu dan ngobrol pada Kamis, dan beliau bilang akan berangkat ke Pangkal Pinang untuk survei lokasi perkebunan Kelapa Sawit," kata Priatmoko, kolega Darwin, saat ditemui di rumah duka di Villa Mutiara, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Senin malam 29 Oktober 2018.
Menurut Priatmoko, rekannya itu kerap pergi ke lokasi perkebunan itu ditemani dua orang lainnya. “Minimal setiap enam bulan, tapi bisa juga dua bulan sekali karena untuk survei perkebunan,” kata dia.
Baca juga: Pesawat Lion Air JT 610 Seharga 1,7 Triliun Hanya Terbang 3 Bulan
Priyatmoko menambahkan, dirinya dan perusahaan baru mengetahui Darwin termasuk korban pesawat Lion Air yang jatuh di Tanjung Karawang setelah tidak mendapat kabar kedatangannya di Pangkal Pinang. Darwin disebutkan telah menunda rencana kedatangan yang awalnya Kamis. “Tapi ditunda jadi hari ini," kata dia.
Baca:
Detik-detik Lion Air Jatuh, KNKT: Pilot Minta RTB di 2000 Kaki
Selami Tanjung Karawang, Basarnas Kumpulkan Potongan Tubuh Ini
Priyatmoko mengungkapkan sempat menunggu kedatangan korban di Pangkal Pinang hingga Pukul 8 pagi. Korban tetap ditunggu karena berjanji akan menghubungi setiba di Pangkal Pinang. “Saya sempat menunggu info dari dia tapi tak kunjung ada.”
Sebelumnya duka juga diungkap warga perumahan dimana Darwin berdomisili. Darwin dianggap tokoh yang sangat peduli dengan lingkungan perumahan itu. Darwin meninggalkan seorang istri dan dua anak.