TEMPO.CO, Jakarta -Keluarga pilot dan kopilot Lion Air JT 610 bertemu di RS Polri Kramatjati. Lion Air JT 610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Senin 29 Oktober 2018, dipiloti Kapten Bhavye Suneja asal India dan Kopilot Harvino.
Baca berita sebelumnya:
Keluarga Pilot dan Kopilot Lion Air Jatuh Juga Setor DNA
Pertemuan terjadi saat kedua keluarga diminta sampel DNA untuk kepentingan identifikasi para korban, termasuk sang pilot dan kopilot. Pertemuan itu seperti yang dituturkan Novi Cahyadi, kakak dari Harvino.
“Mereka juga terpukul jadi kami sama-sama menguatkan,” kata Novi, Kamis 1 November 2018.
Menurut Novi, keluarga Bhavye terkejut dan syok dengan tragedi yang terjadi. Namun mereka mengaku lebih kasihan dengan keluarga Harvino. “Malam itu kan bertemu putrinya Harvino, mereka menyayangkan dan katanya, 'Masih kecil'.”
Baca:
Ini Catatan Pilot Sebelum Lion Air Jatuh? Simak Penjelasannya
Pada malam itu, Novi menjelaskan, sampel DNA diberikan bersama kelengkapan data lainnya untuk kepentingan identifikasi. Untuk adiknya, Novi juga mengatakan untuk proses validasi paling lama dilakukan untuk ciri fisik.
Ilustrasi kokpit. Shutterstock
Dia menyebutkan ciri seperti tinggi badan, tanda lahir di tangan, dan tahi lalat di pundak sang kopilot. "Sedang untuk barang-barang yang ditemukan itu untuk proses penyidikan," katanya.
Baca juga:
Altitude Disagree Bikin Lion Air Jatuh? Ini Jawab Mekanik Pesawat
Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang hilang kontak dan jatuh di Tanjung Karawang, Senin 29 Oktober 2018. Pesawat dipiloti Kapten Bhavye Suneja dan Kopilot Harvino. Keduanya bersama lima awak menerbangkan 181 penumpang dari Bandara Soekarno-Hatta.
Infografis: Percakapan 12 Menit Terakhir antara Pilot Lion Air JT - 610 dengan ATC