TEMPO.CO, Jakarta - Seorang penyelam yang tewas saat bertugas mencari pesawat Lion Air di Tanjung Karawang, diduga mengalami dekompresi atau decompression sickness. Kondisi itu terjadi akibat akumulasi nitrogen dalam tubuh selama menggelembung dan menyumbat aliran darah serta sistem syaraf. Keadaan itu mirip dengan stroke yang sangat mematikan.
Baca: Penyelam Meninggal Saat Pencarian Lion Air Dibawa ke Surabaya
Komandan Satuan Tugas SAR Kolonel Laut Isswarto membenarkan dugaan itu. Penyelam itu bernama Syahrul Anto. “Almarhum adalah penyelam dari sipil di bawah Basarnas," kata Isswarto, Sabtu, 3 November 2018. "Almarhum menyelam lebih lama dari seharusnya. Sesuai jadwal, para penyelam seharusnya naik jam 16.00 tetapi dia naik 30 menit lebih lama."
Humas Basarnas Yusuf Latief mengatakan setelah dibawa ke darat, Syahrul segera dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara pada Jumat malam sekitar 22.10 WIB. Saat itu kondisi Sahrul sudah tidak sadar. Dokter menyatakan Syahrul meninggal pada pukul 22.30.
Baca:
Pesawat Lion Air Altitude Disagree Sebelum Jatuh, Apa Artinya ...
Dokter menyarankan untuk melakukan otopsi agar penyebab kematian Syahrul dapat diketahui. Namun keluarga dan Basarnas menolak karena ingin segera membawa pulang jenazah Syahrul ke rumah duka di Surabaya, Jawa Timur.
Kecelakaan Lion Air terjadi pada 29 November lalu. Pesawat yang membawa 181 penumpang itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
ANTARA