TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Leader Indonesia Diving Rescue Team (IDRT) Syahrul Anto meninggal saat membantu pencarian jenazah korban Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Jumat, 2 November 2018.
Baca juga: Tragedi Lion Air, IDRT Bantah Penyelamnya Gugur karena Dekompresi
Leader IDRT Bayu Wardoyo mengatakan Syahrul Anto merupakan penyelam yang andal dan berpengalaman. Syahrul telah mulai menyelam sejak tahun 2010. "Bergabung dengan IDRT sejak 2014," kata Bayu saat ditemui di Jakarta International Container Truck II, Jakarta Utara, Sabtu, 3 November 2018.
Kematoan pria berusia 48 tahun itu, kata Bayu, bukan karena dekompresi. Alasannya, Syahrul merupakan salah seorang anggota IDRT yang memahami keadaan lingkungan dan mempunyai perlengkapan yang lengkap saat menyelam.
"Untuk penyebab kematian sampai sekarang belum diketahui. Kami sedang melakukan investigasi penyebabnya," ujar Bayu.
Menurut Bayu, proses penyelaman memang tidak lepas dari risiko baik cidera sampai kematian. Namun, penyelam yang berpengalaman bisa meminimaliasi risiko tersebut.
Baca juga: Penyelam Angkat Dua Ban dan Lihat Badan Lion Air Ukuran Besar
Syahrul, kata dia, juga merupakan penyelam yang mempunyai cukup pengetahuan dan keahlian yang cukup tinggi. "Risiko menyelam memang ada. Selama prosedur diikuti risiko yang mengancam keselamatan jiwa bisa diminimalkan," ujar Bayu.
Pesawat Lion Air JT 610 dengan nomor registrasi PK-LQP itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, pada Senin, 29 Oktober 2018. Pesawat jenis Boeing 737 Max8 itu hilang kontak pada pukul 06.32 WIB, atau sekitar 12 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.