TEMPO.CO, Jakarta - A Man Called Ahok mengangkat sisi lain dari kehidupan mantan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, 52 tahun. Film yang sudah menjalani press screening pada Senin, 5 November 2018, itu mengisahkan bagaimana kedermawanan sang ayah, Tjoeng Kiem Nam, mampu meredam watak keras Ahok di kampung halamannya di Gantung, Belitung Timur.
Baca berita sebelumnya:
Apa Kabar Ahok? Simak Kisahnya Jatuh Bangun Melawan 'Maling'
Sepanjang film, kedermawanan Tjoeng kerap ditonjolkan. Pemilik CV Sinar Karya --usaha tambang timah—itu tak sungkan membantu warga Gantung yang datang ke rumahnya. Dalam menjalankan usaha, Tjoeng lebih memprioritaskan nasib karyawan, ketimbang mengejar profit.
Kedermawanan itu diajarkan Kiem kepada anak-anaknya termasuk Ahok, sedari kecil. Beberapa adegan menunjukkan bagaimana Kiem menyampaikan nilai melalui perbuatan.
Ahok terlihat sudah meniru Kiem sejak kecil. Contohnya, ketika Ahok membantu pasangan suami-isteri yang membutuhkan uang untuk biaya bersalin anaknya. Ahok sampai "memaksa" adiknya, Basuri Tjahaja Purnama alias Yuyu, mengeluarkan isi tabungan untuk tambahan menutup biaya bersalin.
Film A Man Called Ahok. Istimewa
Baca juga:
Ahmad Dhani Minta Tuntutan Tak Lebih Berat Daripada Ahok
Kedermawanan Tjoeng sekaligus sumber konflik. Sampai di masa tuanya, Kiem punya banyak utang. Ini juga akibat Tjoeng yang lebih banyak mengalah kepada perilaku pejabat yang digambarkan sebagai "Maling" dan mafia perizinan.