TEMPO.CO, Bekasi -Pemerintah Kota Bekasi akan membangun dua terowongan air di bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Kalimalang untuk pengendali banjir pada tahun depan. Soal sumber dana?
Dana yang dipakai menggunakan hibah dari Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
"Mudah-mudahan usulan disetujui, sehingga kegiatan bisa dilaksanakan tahun depan," kata Kepala Bidang Sumber Daya Air pada Dinsa Bina Marga dan Sumber Daya Air, Kota Bekasi, Yudiato di Bekasi pada Kamis, 8 November 2018 terkait program antisipasi banjir itu.
Baca :
Genangan Banjir, Jakarta Pusat Tambah Pompa Air Berkapasitas Tinggi
Pompa Mati Penyebab Banjir di Jalan KH Noer Ali Bekasi
Ia mengatakan, pembangunan terowongan di Kali Buaran wilayah Jatibening, Kecamatan Pondok Gede diusulkan ke DKI sebesar Rp 16 miliar lebih. DKI sendiri telah mengkonfirmasi akan mengucurkan dana sebesar Rp 15 miliar untuk proyek di bawa jalan tol tersebut. "Untuk pengendalian banjir di Perumahan Jatibening," kata Yudi.
Adapun pembangunan terowongan air di Kali Jatiluhur di wilayah Jakasampurna, Bekasi Barat diusulkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat senilai Rp 23 miliar. Dana yang diusulkan lebih besar karena terowongan akan dibuat di bawah jalan tol dan saluran Kalimalang. Sayangnya, sejauh ini belum ada kabar dari Jawa Barat ihwal usulan tersebut.
Berdasarkan data instansinya, kata dia, ada 13 terowongan air di bawah jalan tol Jakarta-Cikampek lalu menuju ke terowongan di bawah Kalimalang. Dari 13 terowongan tersebut, baru satu yang telah diduplikasi atau ditambah lagi yaitu terowongan air Sasak Jarang di Bekasi Timur. Terowongan yang selesai dibangun pada akhir tahun lalu menghabiskan dana sekitar Rp 30 miliar.
Terowongan air dengan dimensi 3X3 meter sepanjang 100 meter tersebut untuk meminimalisasi banjir di wilayah Rawalumbu seperti Perumahan Pondok Hijau Permai, dan Taman Narogong Indah, termasuk satu wilayah di Kabupaten Bekasi yaitu Perumahan Jatimulya. "Crossing yang lama tidak ideal lagi," kata dia.
Sebab, berdasarkan identifikasi, kata dia, debit air yang melintasi terowongan tersebut setiap tahun meningkat. Hal ini disebabkan banyaknya alih fungsi lahan dari rawa menjadi permukiman warga.
Dengan begitu, tak ada lagi penampungan air, sehingga air langsung mengalir dari sisi selatan kenuju ke utara. Sementara kapasitas terowongan tak mampu menampung air yang mengalir. Dampaknya, saluran sebelum terowongan meluap dan membanjiri permukiman warga.
"Terowongan lama dibangun bersamaan dengan pembangunan tol dan Kalimalang," kata dia.
Simak pula :
Alasan PKS Yakin Dua Kandidat Ini Pantas Jadi Calon Wagub DKI
Kepala Bidang Perencanaan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Kota Bekasi, Dicky Irawan mengatakan, pihaknya akan bertahap menduplikasi terowongan air di bawah jalan tol dan Kalimalang.
Sebab, anggaran daerah untuk proyek terkait antisipasi banjir cukup terbatas. Pihaknya juga bakal terus mengajukan kepada pemerintah Jawa Barat maupun DKI, bahkan pemerintah pusat untuk membantu pembangunan tersebut. "Usulan kalau disetujui bersyukur," ujar Dicky.