TEMPO.CO, Jakarta - Diduga depresi karena gagal nikah, tak punya pekerjaan, dan penyakit yang tak kunjung sembuh, Rohandi, 31 tahun, nekat menyerang Kepolisian Sektor Penjaringan. Akibat perbuatannnya, satu polisi terluka karena sabetan golok yang dibawa Rohandi.
Baca: Penyerangan Polsek Penjaringan, Pelaku Teriakkan Takbir
Polisi sempat menduga penyerangan ini bermotif terorisme. Namun hasil pemeriksaan tim Detasemen Khusus 88 menunjukkan bahwa Rohandi bukan teroris. Pria ini juga mengaku berharap ditembak mati.
Kepala Polisi Sektor Penjaringan Ajun Komisaris Besar Rachmat Sumekar mengatakan anggotanya memang sempat berniat menembak mati Rohandi. Bahkan senjata telah dibidik ke area jantung pelaku penyerangan Polsek Penjaringan itu.
"Sebenernya sama anggota mau dibidik jantungnya, cuma ada anggota di belakang takut kena, akhirnya tangannya saja," kata Rachmat di kantornya, Jumat, 9 November 2018.
Rachmat menerangkan, Rohandi datang ke Polsek Penjaringan dengan niat bunuh diri. Warga daerah Penjagaan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, itu disebut berharap ditembak mati.
Rohandi, 31 tahun, pelaku penyerangan kantor Polsek Penjaringan, Jakarta Utara, digodol ke Polres Jakarta Utara untuk diperiksa lebih lanjut pada Jumat, 9 November 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Rachmat menuturkan Rohandi mengalami depresi. Tak hanya gagal nikah, Rohandi memiliki penyakit getah bening yang tidak kunjung sembuh, serta tidak memiliki pekerjaan.
"Sering dimarahin kakaknya juga. Disuruh kerja enggak mau," ujar Rachmat.
Penyerangan Rohandi ke Polsek Penjaringan dilakukan pada Jumat dinihari sekitar pukul 01.35. Dia mengejar dan menyerang petugas polisi yang berjaga sambil mengucapkan kalimat takbir.
Baca: Polisi Hampir Tembak Jantung Rohandi, Pelaku Penyerangan Polsek
Seorang polisi di Polsek Penjaringan mengalami luka sabetan golok yang dibawa pelaku. Polisi sempat melepas tembakan peringatan sebelum menembak pangkal lengan sang pelaku penyerangan. Tembakan itu membuat golok terpental dari genggaman Rohandi.