TEMPO.CO, Bekasi -Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat mengintensifkan pengawasan saluran yang berpotensi menghambat laju air yang dapat memicu terjadinya banjir di wilayah setempat.
"Tim pematusan (atau pasukan oranye ala Kota Bekasi) setiap hari bekerja melakukan normalisasi saluran," kata Kepala Bidang Sumber Daya Air, Kota Bekasi, Yudianto pada Ahad, 11 November 2018.
Baca : Curah Hujan Naik, Bekasi Rajin Pelototi Saluran Irigasi
Selain itu, Yudi kata Yudi, instansinya juga menyiagakan tim Unit Reaksi Cepat (URC). Tim ini segera menyelesaikan titik genangan, namun sifatnya meminimalisasi, bukan langsung menghilangkan. "Mengatasi persoalan banjir tidak semudah membalikkan telapak tangan," kata Yudi.
Yudi mengatakan, Kota Bekasi menjadi daerah rawan banjir karena elevasinya rendah, cenderung datar, hanya dua derajat dari permukaan laut. Karena itu, menurut dia, dulunya di wilayah timur DKI tersebut banyak terdapat rawa sebagai tempat menampung air secara alami. "Rawa atau sawah sudah banyak beralih fungsi," kata dia.
Salah satu contoh, Perumahan Taman Narogong Indah di Kecamatan Rawalumbu. Sebelum dibangun perumahan, dulunya wilayah tersebut merupakan sawah. Karena itu, saat ini lokasi perumahan tersebut berada di cekungan, sehingga rawan tergenang jika ada hujan dengan intensitas tinggi.
Simak juga :
Basarnas Akhiri Evakuasi Korban Lion Air JT 610, Tim DVI Identifikasi 666 DNA
"Makanya sekarang mulai banyak dibangun polder air, sebagai penggati rawa yang hilang," kata dia.
Ia mengatakan, sedikitnya telah dibangun delapan polder air sebagai upaya lain untuk antisipasi banjir. Di antaranya di Polder Pengasinan (Rawalumbu), Arenjaya (Bekasi Timur), Danita (Bekasi Timur), Vila Indah Pemai (Bekasi Utara), Kalibaru (Bekasi Barat), Bendung Koja (Jatiasih), Dosen Ikip (Jatiasih), Galaxi (Bekasi Selatan).