TEMPO.CO, Jakarta - PT Aetra membutuhkan investasi Rp 14 triliun untuk meningkatkan cakupan jaringan air bersih di DKI Jakarta. Peningkatan layanan air bersih di DKI Jakarta tak hanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah, tetapi operator air yang ada di Ibu Kota.
Baca: Ini Sebab DKI Krisis Air Bersih Menurut Anies Baswedan
Hingga saat ini, cakupan jaringan di DKI Jakarta saat ini baru berkisar 60 persen. Masih ada 40 persen kelompok masyarakat yang belum bisa mendapatkan akses air bersih.
Presiden Direktur PT Acuatico Air Indonesia Ivy Santoso mengatakan pihaknya membutuhkan dana yang cukup besar untuk meningkatkan cakupan air bersih di wilayah konsesi, yaitu sebagian wilayah Utara dan seluruh wilayah Timur Ibu Kota.
"Kalau menargetkan pelayanan hingga 100 persen, untuk wilayah Aetra saja butuh sekitar Rp 14 triliun," katanya, Minggu 11 November 2018.
Dibantu petugas kepolisian petugas pengelolaan air bersih Aetra, melakukan sidak terhadap rumah warga yang melakukan pencurian air. Tanjung Priok, Jakarta Utara, 19 Maret 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Dia menuturkan investasi tersebut termasuk penambahan kapasitas produksi air bersih, perbaikan jaringan pipa eksisting, serta penambahan jaringan baru di wilayah yang belum dijangkau perpipaan.
Menurut Ivy, peningkatan jangkauan air menjadi 100 persen membutuhkan waktu setidaknya 7-10 tahun dari sekarang. Selain besarnya nilai investasi yang dibutuhkan, ada beberapa hal yang menghambat operator untuk berekspansi, khususnya terkait teknik di lapangan.
"Kalau di Jakarta itu wilayahnya sudah padat penduduk dan bangunan. Kalau kami mau bangun pipa baru atau rehabilitasi pipa lama mau tak mau harus berkoordinasi dengan banyak pihak, termasuk pemerintah dan pengelola gedung atau jaringan lain," ujarnya.
Selain itu, hal lain yang menjadi tantangan yakni ketersediaan air baku untuk diolah operator. Pasalnya, tugas Aetra saat ini mengolah serta membersihkan air baku yang ada di sungai-sungai di Jakarta. Untuk melaksanakannya, Aetra perlu berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan institusi lain.
"Aliran air baku yang ada sekarang pun tidak cukup jika kami harus menjangkau pipanisasi hingga 100 persen di Ibu Kota," tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasional PT Moya Indonesia Joedi Herijanto mengatakan pihaknya merencanakan penambahan produksi 5.000 liter/detik untuk empat kota, yaitu DKI Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Semarang Barat.
Sejumlah murid Sekolah Dasar ikuti wahana permainan air di Instalasi Pengelohan Air (IPA) PT. Aetra Air Jakarta, Jakarta, 31 Maret 2015.TEMPO/Dasril Roszandi
Moya Indonesia merupakan induk usaha Aetra Air Jakarta. Dia menyebutkan total belanja modal (capital expenditure) yang harus dirogoh perusahaan.
"Untuk penambahan 5.000 liter/detik butuh capex yang cukup besar sekitar Rp 5 triliun-Rp 6 triliun," jelasnya.
Dia menuturkan Moya Indonesia sebagai operator pengelola air bersih harus bekerja sama dengan pemerintah daerah sekaligus perusahaan daerah air minum (PDAM) di masing-masing wilayah. Hal itu terkait dengan hak konsesi sekaligus zonasi yang diberikan untuk dikelola.
Baca: Anies Sebut 12 Tahun Tak Ada Penambahan Pipa Air, Aetra Kaget
Jodie memberi contoh pemerintah memberikan tiga zona di Tangerang, Banten untuk dikelola oleh operator air bersih. PT Moya Indonesia melalui Aetra Air Tangerang mengelola di satu kawasan. "Awalnya, cakupan air bersih biasanya mulai di 40 persen-60 persen. Setelah itu, kami coba kembangkan hingga mencapai 100 persen dalam waktu 5 tahun," katanya.