TEMPO.CO, Tangerang - Ratusan warga di sejumlah desa di Kabupaten Tangerang hingga saat ini belum mendapatkan akses sanitasi berupa toilet untuk keperluan buang hajat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang saat ini 27,2 persen warga wilayah itu masih melakukan buang air besar (BAB) sembarangan yaitu di kebun dan di kali.
Contohnya adalah, warga RT 02 RW01 Kampung Kelor, Desa Kelor, Kecamatan Sepatan ini. Sebanyak 50 kepala keluarga di lingkungan ini harus berebut satu kakus alias toilet kala hendak buang air besar (BAB).
Baca : Skybridge Tanah Abang Menunggu Kejelasan Lokasi Toilet
Baca Juga:
"Kakusnya satu tapi yang pakainya banyak sekali," ujar Juriah, 40 tahun salah seorang warga saat Tempo berkunjung ke Kampung itu, Sabtu, 17 November 2018.
Berebut toilet, kata Juriah, hampir terjadi setiap pagi dan malam karena dari sekian banyak rumah tangga di RT itu sebagian besar tidak mempunyai toilet. Mereka lebih suka buang air besar di Kebon atau di Kali yang ada di sekitar kampung itu.
"Sudah jadi kebiasaan sejak dulu, tapi sekarang mau bangun toilet tak punya uang, ada toilet tapi cuma ada satu satunya disini," kata Juriah sambil menunjukan bangunan WC umum usang yang berjarak sekitar 10 meter dari rumahnya.
Warga Kampung Kelor, Desa Kelor, Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang menunjukan toilet umum satu satunya yang mereka gunakan untuk buang air besar. Karena minim fasilitas sanitasi, di kampung ini masih melakukan buang air besar sembarangan di kebun-kebun dan di kali. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Berdasarkan pengamatan Tempo, bangunan berukuran 2x2 meter itu terdiri dari kakus yang berukuran 1x2 meter dari disebelahnya untuk tempat mencuci.
Ruang kakus terlihat kusam dan kotor, lantai keramik berwarna biru juga terlihat berkarat dan menghitam. Dinding bangunan sudah retak dan mengelupas. Tempat mencuci rusak parah dan sudah lama tidak digunakan. "Karena airnya tidak ada, tower air rusak dan mesin airnya hilang dicuri," kata Januar 50 tahun salah seorang warga.
Sehingga kalau mau buang air besar, warga harus membawa air sendiri dengan ember.
Simak juga :
Dinas Kesehatan: 27 Persen Warga Kabupaten Tangerang Masih BAB Sembarangan
Menurut Januar, toilet umum yang berusia 12 tahun itu menjadi andalan lebih dari kepala keluarga yang masing masing keluarga beranggotakan 5-6 orang untuk buang air besar.
Masalahnya, jumlah toilet yang minim dan tak sebanding dengan jumlah orangnya, seringkali warga berlarian ke Kebun dan Kali yang berjarak puluhan meter dari toilet itu jika antrian buang hajat mengular panjang.
"Terutama kalau pagi, banyak yang mau buang air, karena dah kebelet yah terpaksa lari ke kebon, sawah atau kali," kata Juriah tersipu, karena warga tak punya toilet sendiri di rumah.