TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 20 warga Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor terserang wabah demam berdarah. Warga Desa Bojong mendesak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, agar tanggap terhadap kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah yang mewabah di desa tersebut.
Baca: 15 Nyawa Melayang Direnggut Demam Berdarah di Tangerang
Tokoh masyarakat Desa Bojong, Yusup Hanapi, di Bogor, Selasa, mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 20 orang warga Kampung Bojonghilir di RW 09 dan RW 10 terkena demam berdarah.
"Semula DB terjadi di RW 09. Dalam sehari belasan orang terserang DB. Kemudian menyebar ke RW 10. Bahkan kini sudah menjalar hingga ke RW 12, Kampung Setu," ujar Yusup.
Menurut tokoh Pemuda Kampung Bojonghilir, Cemong, sebelumnya tidak pernah terjadi penyebaran virus DBD di kampungnya dalam skala besar.
"Peristiwa kali ini terbilang sebagai KLB bagi warga setempat, bahkan se-Desa Bojong," ujar Cemong.
Para korban demam berdarah di Kampung Bojonghilir, lanjut Cemong, umumnya dilarikan ke Rumah Sakit (RS) TNI-AU Atang Sanjaya (ATS) Bogor, yang kini bernama RS dr Hassan Toto. Dokter Hassan Toto adalah kepala rumah sakit Lanud ATS pertama sejak berdiri pada 17 Januari 1970.
Sebagian korban demam berdarah berobat ke klinik 24 jam, yakni di Klinik Medika Kemang.
Tokoh masyarakat Kampungsetu RW 12, Ustadz Wahyu menjelaskan, bersamaan dengan merebaknya demam berdarah di Kampung Bojonghilir RW 09 dan 10, kejadian serupa juga merebak di kampungnya.
"Anak saya terserang DB dan dilarikan ke Klinik Medika Kemang sejak hari Sabtu pagi," ujar ustadz Wahyu.
Demam berdarah juga menyerang Kampung Sawah RW 6, Minggu 18 November 2018. Ayong, warga setempat mengatakan, cucunya terserang dengue dan dilarikan ke Klinik Medika Kemang.
Sejumlah warga Kampung Sawah lainnya juga terserang kejadian yang sama.
Kejadian DBD di Desa Bojong mendapatkan perhatian khusus dari Wakil Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Bogor Ahmad Fahir.
"KLB ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari instansi terkait. Dinkes Kabupaten Bogor kami harap tanggap terhadap peristiwa ini," kata Fahir.
Warga Kampung Bojonghilir, RW 09, Ahmadi, menambahkan, para korban demam berdarah di wilayah tersebut umumnya warga ekonomi lemah dengan profesi buruh tani dan kerja serabutan. Selain itu, mereka umumnya belum memiliki BPJS, sehingga sangat kesulitan untuk menutupi biaya pengobatan.
"Kami berharap pemerintah daerah memberikan kemudahan akses untuk pembuatan BPJS KIS untuk masyarat kurang mampu di Kampung Bojonghilir," kata Ahmadi.
Baca: 81 Warga Bogor Meninggal Akibat Demam Berdarah
Sebagai upaya meminimalisasi penyebaran wabah demam berdarah, pada Minggu, 18 November 2018, Ahmad Fahir yang juga pimpinan Yayasan At-Tawassuth dan Koordinator Gerakan Desa Hejo, bekerja sama dengan tokoh dan warga Kampung Bojonghilir RW 09 dan 10 melakukan bersih-bersih sampah di jalan-jalan perkampungan.