TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra DKI Jakarta Syarif berujar, uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) wakil gubernur DKI bukan untuk pengenalan cawagub.
Menurut dia, pengenalan calon wagub atau cawagub DKI adalah orientasi, bukan seleksi. Sementara tim fit and proper test dibentuk untuk menyeleksi. "Orientasi sudah cukup menurut saya. Ini mau dicari calon terbaik supaya bisa kedua belah pihak sepakat," kata Syarif saat dihubungi, Senin, 3 Desember 2018.
Baca : Pertemuan PKS dan Gerindra Bahas Calon Wagub DKI Ditunda, Kenapa?
Syarif menuturkan, Gerindra sudah mengenal dua kader PKS yang diajukan untuk ikut fit and proper test. Karena itu, fit and proper test menjadi momen menyaring sosok wagub DKI yang tepat.
PKS, lanjut Syarif, ingin mencari kriteria pengganti Sandiaga Salahuddin Uno yang juga disepakati Gerindra. "Yang dipahami fit proper itu untuk menggugurkan orang," ucap Syarif.
Kursi DKI 2 masih kosong. PKS dan Gerindra pernah menggelar pertemuan membahas kelanjutan calon wagub DKI pada 5 November 2018.
Dua partai pengusung Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Uno ini sepakat calon wagub DKI berasal dari kader PKS. Namun, harus ada proses seleksi sehingga dibentuk tim fit and proper test.
Simak juga :
Reuni Akbar 212 Usai, Yusuf Mansur Ajak Menatap Masa Depan
Hampir sebulan tak bertemu lagi, PKS dan Gerindra justru beda pemahaman soal fit and proper test. PKS berpendapat, uji itu ditujukan untuk memperkenalkan kandidat wagub DKI dari kadernya, bukan proses seleksi.
Akan tetapi, Gerindra memandang, fit and proper test guna menyaring siapa yang layak jadi pendamping Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan atau cawagub DKI.