TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta lembaga Setara Institute membuka seluruh pertanyaan survei ihwal intoleransi di Jakarta. Tujuannya untuk memastikan validitas dan reliabilitas survei sah.
"Menurut saya kalau mau fair buka seluruh instrumennya," kata Anies di Lippo Mal Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 8 Desember 2018 terkait survei intoleransi di puluhan kota di Indonesia tersebut.
Baca : 10 Kota Paling Toleran di Indonesia, Jakarta Tidak Masuk
Anies enggan buru-buru menyimpulkan apakah hasil survei itu sesuai dengan fakta yang ada. Dia harus mempelajari proses pengambilan data survei terlebih dulu. Sebab, diagnosa harus diuji berdasarkan alat ukur yang benar.
Anies memaparkan perlu menelisik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber penelitian. Apakah ada pertanyaan bias atau justru semuanya objektif.
"Karena bisa saja pertanyaan itu disusun untuk mendapatkan jawaban tertentu," ucap Anies.
Karena itulah, Anies bakal mengundang peneliti Setara Institute untuk membuka pertanyaan survei. Tak hanya itu, dia juga memanggil ahli statistik dan ahli ilmu sosial guna meninjau hasil survei Setara Institute.
Setara Institute merilis survei terbaru tentang penilaian indeks kota toleran (IKT) dari 94 kota di Indonesia. Sebanyak 10 kota mendapat penilaian paling toleran di 2018. Jakarta dikategorikan sebagai kota yang minim toleransi dengan skor 2.88. Sementara Singkawang terbaik sebagai kota paling toleran.
Simak juga :
Alasan Anies Stop Tarif Parkir Super Murah PNS di Monas Mulai 1 Januari 2019
Beberapa poin yang diamati terkait survei itu yaitu kebebasan beragama atau berkeyakinan, kesetaraan gender, dan inklusi sosial dijamin dan dilindungi undang-undang. Selain itu pernyataan dan tindakan aparatur pemerintah kota terkait dengan toleransi juga diperhatikan.