TEMPO.CO, Depok - Juru bicara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menjelaskan fenomena hujan es disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat, banyak terjadi pada masa musim transisi.
Baca juga: Hujan Es Sebesar Kerikil Terjadi di Perumahan Reni Jaya, Depok
“Baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. Dimungkinkan dapat terjadi di musim hujan dengan kondisi cuaca relatif sama dan mirip masa pancaroba atau transisi,” kata Hary pada Rabu 12 Desember 2018.
Keterangan Hary Tirto itu untuk menjelaskan hujan es yang melanda Perumahan Reni Jaya Lama, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, pada Rabu 12 Desember 2018 sekitar pukul 14.00.
Jadi, kata Hary, hujan es merupakan peristiwa cuaca alamiah yang biasa terjadi. Indikasi terjadinya hujan es yakni sehari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
Hal itu diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C). Disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).
“Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis – lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu – abu menjulang tinggi seperti bunga kol,” katanya.
Simak juga: Penjelasan BMKG soal Fenomena Hujan Es di Jakarta
Ia menjelaskan bahwa tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu – abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat, sebelum hujan es. “Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri,” paparnya. Biasanya hujan yang pertama kali turun, kata Hary, adalah hujan deras tiba – tiba.