TEMPO.CO, Depok - Kandungan jajanan siswa diteliti Dinas Kesehatan Kota Depok, menurut Sekretaris Dinkes Ernawati, banyak jajanan anak terkontaminasi bakteri E-Coli.
Dia menjelaskan Dinas memilih 44 sekolah dasar menjadi sampel penelitian tersebut sehingga setiap kecamatan di Depok diambil empat 4 sekolah. mbang batas minimal e-coli yang bisa memicu diare, misalnya, berbeda setiap orang tergantung kondisi tubuh. Biasanya, e-coli menyebar melalui air sehingga bisa saja akibat sentuhan makanan dengan tangan pedagang atau gelas dan piring setelah dicuci.
Penelitian, Erna melanjutkan, tak menemukan bahan berbahaya seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan metanil yellow selama dua tahun belakangan ini dalam jajanan siswa. Menurut dia, pedagang ternyata sudah mengetahui bahaya barang-barang itu sehingga mereka tak lagi menggunakannya. “Mereka sudah pintar.”
Namun bahan pengawet masih ada dalam makanan tersebut, seperti benzoat dan pemanis siklamat. Bahan pengawet itu tergolong aman tapi takarannya berlebihan alias tak sesuai panduan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. “Temuan di lapangan pengawet digunakan tidak sesuai dengan takaran,” tutur Erna.
Simak juga : Sisca Dewi di Sidang Tuntutan, Ini Perjalanan Kasus Pencemaran Nama Baik
Makanan mengandung banyak pengawet yang ditemukan di lapangan adalah bakso, cireng, telur, dan sosis guling. Erna menjelaskan penggunaan benzoat dengan dosis berlebihan dapat merugikan kesehatan. Dia mencontohkan, pemberian benzoat pada tikus dengan dosis 60 dan 120 miligram/kilogram dapat mengakibatkan penurunan hemoglobin (Hb) secara nyata.
Pada awal Desember, Erna menuturkan, Dinas Kesehatan melakukan sosialiasi ke puskesmas, pegawai kecamatan, dan kepala sekolah mengenai hasil penelitian terhadap
jajanan anak sekolah. Diterangkan bahwa cara paling ampuh untuk membunuh bakteri e-coli dengan merebus air sampai mendidih. “Tapi kalau pengelolaan makanan tidak bersih itu juga bisa terkontaminasi,” kata Erna.