TEMPO.CO, Jakarta - Fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah atau intermediate treatment facility atau ITF Sunter diklaim memiliki standar negara Eropa.
Baca: Anies: Pengelolaan Sampah Lewat ITF Bisa Ancam Lingkungan, tapi..
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Dwi Wahyu Daryoto mengatakan ITF Sunter ini berteknologi ramah lingkungan.
"Teknologi ramah lingkungan yang kami gunakan telah terverifikasi baik dan sudah digunakan di negara Eropa dan Asia," ujar Dwi saat peletakan batu pertama ITF Sunter di Jakarta Utara, Kamis, 20 Desember 2018.
Dwi menjelaskan, pembangunan ITF Sunter tak dilakukan oleh PT Jakpro sendiri. Perusahaan asal Finlandia yang sudah pernah membangun ITF di negaranya juga dilibatkan, yakni Fortum Power and Heat Oy.
Hari ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan melakukan peletakan batu pertama, tanda dimulainya pembangunan ITF Sunter. Fasilitas senilai 250 juta USD itu dijadwalkan akan selesai dalam tiga tahun ke depan.
Anies mengatakan, ITF Sunter dibuat untuk mengurangi beban Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang yang hanya bisa dipakai sampai 2021. ITF Sunter akan mampu mengelola 2.200 ton sampah Jakarta per hari dan menghasilkan listrik 35 megawatt perjam.
Menurut Dwi produksi sampah di Jakarta sangat tinggi, yaitu mencapai 7.400 ton per hari dengan pertumbuhan volume sampah setiap tahun sekitar 500 ton. Jumlah itu belum dihitung sampah-sampah yang terserak mencapai 397 ton per hari. Sehingga, ia melihat keberadaan ITF Sunter merupakan hal yang mendesak.
Baca: Ribut Dana Hibah Bekasi, DKI Kebut Fasilitas Sampah ITF Sunter
Dalam melaksanakan pembangunan ITF Sunter, Dwi mengatakan seusai dengan Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2018 tentang Penugasan Lanjutan kepada Perseroan Terbatas Jakarta Propertindo Dalam Penyelenggaraan Fasilitas Pengelolaan Sampah di Dalam Kota Intermediate Treatment Facility.