TEMPO.CO, Jakarta - Ada dua harapan yang diungkap Adi, 33, seorang pengemudi ojek online Gojek, saat ditanya tentang Tahun Baru 2019. Pertama, kenaikan tarif bawah dan, kedua, hubungan lebih harmonis dengan ojek pangkalan alias opang.
Baca juga:
Ada Ojek Online di Doa dan Harapan Tahun Baru 2019 Para Sopir Ini
Adi berharap tak ada lagi perundungan di antara para pengemudi ojek sepeda motor itu. "Sama-sama nyari rezeki, Allah sudah ngatur," kata dia ketika ditemui Senin, 31 Desember 2018.
Sedang harapan soal tarif bawah ditujukan kepada perusahaan aplikator. Adi menyebut tarif bawah saat ini sekitar Rp 1.600 per kilometer. Dengan besaran itu dia mengaku harus bekerja setiap hari mulai Pukul 09 sampai 23 demi bisa mencapai target Rp 450 ribu.
"Katanya ada mau naik terus, tapi sampai sekarang belum ada kenaikan (tarif bawah)," kata warga Tangerang itu.
Pengemudi ojek online lainnya, Sugihartono, 42 tahun, juga mengungkap harapannya kepada perusahaan aplikator. Doanya adalah perusahaan Grab yang menjadi mitranya lebih mempertimbangkan kendala-kendala lapangan dalam membuat kebijakan.
Salah satu kebijakan yang dimaksud Sugihartono adalah mengenai kecocokan tarif dengan jarak dan medan tempuh. Menurut dia, selama ini tarif ditentukan tidak melihat medan yang ditempuh yang disebutnya kadang harus berputar jauh.
Sejumlah perwakilan pengemudi ojek online bertemu Komisi V DPR di ruang rapat komisi V DPR, Jakarta, 23 April 2018. Dalam pertemuan tersebut, pengemudi ojek online menyampaikan dua tuntutan utama, yaitu kenaikan tarif dan kejelasan payung hukum. TEMPO/Fakhri Hermansyah
Sugihartono yang menjadi ojek online sejak 2014 itu mengaku terpaksa mengambil order walau kadang tarifnya tidak sesuai harapan. Alasannya, dia harus mengejar target Rp 250 ribu per hari untuk mencukupi kebutuhan isteri dan tiga orang anaknya.
Baca juga:
Malam Tahun Baru 2019 di Tangerang Selatan, Tiga Jalan Akan Ditutup
"Aplikator jangan maunya menang sendiri," kata Sugihartono saat ditemui di seputaran Stasiun Palmerah, Jakarta Barat.
Sugihartono bercerita, selain melayani banyak rute setiap harinya, dia juga harus menjaga rating agar mendapat bonus dari perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan menghindari pembatalan pemesanan dari penumpang.
Belum lagi persaingan tiidak sehat yang juga harus dihadapinya. Sugihartono berharap Grab membasmi mitra yang menggunakan aplikasi "tuyul", yang membuat seolah-olah si pengemudi berada di mana-mana.
"Saya harap Tahun Baru 2019 perusahaan bisa lebih mempelajari kendala-kendala ini," kata warga Kemanggisan, Jakarta Barat itu.