Hingga pada 2 November 2018 dia mengaku betul-betul merasa putus asa. "Saya ingin mereka yang menzalimi saya tahu bahwa saya mengakhiri hidup karena apa yang mereka lakukan," kata RA pada Jumat 28 Desember 2018.
Baca berita sebelumnya:
Skandal Seks Pejabat BPJS, Pengacara ke RA: Kenapa Baru Sekarang?
RA mengaku hendak bunuh diri sebagai bentuk protes karena tak ada seorang pun yang peduli terhadapnya. "Saya merasa sudah melakukan segenap hal yang bisa saya lakukan, tapi tidak ada sedikit pun titik cerah. Tidak ada orang yang bisa membantu saya."
Niat bunuh diri akhirnya memang bisa dihindari. Tapi, versi RA, bukan karena Syafri. Yang datang kepadanya adalah seorang rekan kerja. Temannya itu yang meyakinkan kalau bunuh diri adalah kesia-siaan karena sementara dia mati, orang yang telah membuat hidupnya menderita akan terus melanjutkan petualangannya.
Korban kekerasan seksual RA (kiri) bersama sahabatnya Juwita dalam keterangan pers menceritakan kronologi kekerasan seksual yang dialaminya ketika bekerja di Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan, Jakarta, Jumat 28 Desember 2018. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
"Ketika itulah saya merasa memperoleh kesempatan kedua dalam hidup saya," kata RA.
Baca:
Mantan Sekretaris Pribadi Beberkan Skandal Seks Pejabat di BPJS
Mahasiswi program pasca sarjana itu lalu memutuskan terus bertahan dengan cara menghindari Syafri. Dia melepas seluruh bantuan ekonomi yang pernah didapatnya. "Bahkan ketika saya melakukan perjalanan dinas saya dengannya, saya menghindar."
RA juga akhirnya membeberkan perlakuan yang diterimanya dengan cara megunggah sejumlah percakapannya dengan Syafri ke media sosial. Tindakan ini berujung somasi yang juga diakui Syafri dalam keterangannya Minggu lalu, dan akhirnya RA menjalani skorsing dari BPJS Ketenagakerjaan.