TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat tak mampu memberikan subsidi tarif untuk angkutan massal Transpatriot seperti Transjakarta di DKI Jakarta.
Walhasil, tarif angkutan yang diluncurkan pada 26 November lalu senilai Rp 4.000 atau lebih mahal Rp 500 dibandingkan Transjakarta Rp 3.500.
Baca : Traif Transpatriot Bekasi Lebih Mahal dari Transjakarta, Sebab...
"Kalau ngikutin Jakarta tidak mampu, karena APBD di sana mencapai Rp 75 triliun, sementara Bekasi baru sekitar Rp 6 triliun," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Yayan Yuliana pada Kamis, 3 Januari 2019.
Yayan mengatakan, keterbatasan dana itu pula yang membuat tak diberlakukan tiket terusan seperti Transjakarta. Menurut dia, tiket Transpatriot hanya diberlakukan sekali jalan. Artinya, jika penumpang pindah trayek akan dikenakan tiket dua kali atau dua kali Rp 4.000.
Menurut Yayan, tarif yang ditetapkan sebesar Rp 4.000 sekali jalan telah mendapatkan subsidi dari pemerintah sebesar Rp 3000 atau sekitar 45 persen. Sebab, ideal tarif untuk Transpatriot agar tidak merugi untuk operasional senilai Rp 7.000.
Baca Juga:
"Tarif yang ditetapkan saya kira tidak mahal, karena jika mengacu pada upah minimum di Bekasi mencapai Rp 4,2 juta," ujar Yayan.
Sejumlah penumpang Transpatriot menilai tarif yang diberlakukan mahal jika dibandingkan dengan Transjakarta. Sebab, tiket yang diberlakukan tidak terusan seperti Transjakarta.
Simak juga:
Armada Transpatriot Ditambah 20 Bus, Soal Trayek dan Penumpangnya?
"Seharusnya sampai dengan tujuan tetap Rp 4.000," ujar seorang penumpang asal Rawalumbu, Bachtiar.
Karena itu, dia menilai tarif Transpatriot yang telah diberlakukan mulai kemarin tak bisa mengalahkan armada transportasi online yang lebih cepat. Bachtiar membandingkan perjalanan dari Rawalumbu menuju ke Pasar Proyek Bekasi yang harus ditempuh dua kali naik Transpatriot. "Naik ojek online Rp 10 ribu, lebih cepat tidak sampai kejebak macet," ujar dia.