TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Angka perceraian di kota Tangerang Selatan pada 2018 meningkat hingga 3.500 pasangan. Alasan perceraian disebabkan pertemanan di media sosial, masalah ekonomi dan perselingkuhan.
Baca: 5 Ribu Pasutri Bercerai Setiap Tahun di Jaksel, Alasannya?
"Jumlah itu lebih tinggi dibanding tahun 2017 yang tidak mencapai 3.000 pasangan asal Tangerang Selatan, yang bercerai," kata Kepala Kantor Kementerian Agama kota Tangerang Selatan, Abdul Rojak, Kamis, 3 Januari 2019.
Menurut Rojak, ia mengaku sangat prihatin dengan tingginya angka perceraian di kota Tangerang Selatan. untuk menekan itu, pihaknya melalui seksi terkait telah bekerja untuk giat melakukan penyuluhan dan program pranikah kepada pasangan calon pengantin.
"Tahun ini cukup banyak hingga 3.500 orang melakukan perceraian, padahal tahun 2017 kemarin tidak sampai 3.000 orang," ujarnya.
Untuk pembinaan kata Rojak, pihaknya terus melakukan bersama Pemkot Tangerang Selatan dalam hal ini Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPPKB).
"Ada program penyuluhan pra nikah bagi calon pengantin, yang nantinya ada sertifikasinya, kalau tidak keluar itu, pasangan tidak bisa menikah. Bagi pelajar juga, kami ada penyuluhannya, menghindari perceraian dari pernikahan usia dini,"ungkapnya.
Menurut Rojak, angka perceraian di Tangsel hampir setengah dari angka pernikahan yang terjadi setiap tahun.
"Pernikahan di kota Tangsel mencapai tujuh sampai sembilan ribu pasangan per tahun. Kita prihatin sekali dengan kondisi ini, karena perceraiannya hampir setengah dari pernikahan," katanya.
Baca: Sidang Perceraian, Surat-surat Ahok - Veronica Tan Jadi Bukti...
Rata-rata perceraian pasangan suami istri di kota Tangsel ini, lanjut Rojak, disebabkan karena perselingkuhan. Ketidaksetiaan pada pasangan ini dimulai dari hubungan di media sosial. "Umumnya disebabkan dari media sosial. Itu bermacam-macam, ada perselingkuhan, masalah ekonomi, rendahnya ketaatan pasangan terhadap agama, pertahanan keluarga yang rendah," kata Rojak.