TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo prihatin terhadap MIK, 38 tahun, yang membikin dan menyebarkan berita bohon atau hoaks tentang tentang 7 kontainer surat suara di Tanjung Priok.
Baca juga: Polisi Dalami Kaitan Penyebar Hoaks Surat Suara dengan Tim Capres
Seharusnya, kata Heru, MIK dapat memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya. MIK mulanya ditangkap polisi di rumahnya di Cilegon, Banten, pada Kamis, 10 Januari 2019.
Perkara yang mendera MIK ini bermula dari cuitannya di Twitter. Melalui akun @chiecilihie80, MIK menyebarkan kabar tentang tujuh kontainer berisi 80 juta surat suara di Tanjung Priok. Tulisan itu ditujukan kepada koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak.
"DI TANJUNG PRIOK ADA 7 KONTAINER BERISI 80JT SURAT SUARA YANG SUDAH DICOBLOS. HAYO PADI MERAPAT PASTI DARI TIONGKOK TUH,” tulis MIK. Polisi menyertakan bukti tangkapan layar kicauan itu disertai rekaman suara saat membekuk MIK.
Kepada polisi, MIK mengaku mengunggah cuitan itu untuk memberi informasi kepada kubu pasangan calon nomor urut 02. Dengan alasan itu polisi kemudian menelusuri relasi MIK dengan tim sukses salah satu pasangan calon presiden.
Atas peristiwa itu, Heru mengatakan FSGI mengeluarkan tiga poin imbauan. Pertama, FSGI mendesak pemerintah melalui kementerian terkait memberikan pelatihan keterampilan berpikir tingkat tinggi kepada para guru.
"Di dalamnya terdapat keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis tidak hanya ditujukan kepada siswa," ucap Heru. Musababnya, adanya oknum guru yang suka menyebarkan berita hoaks dan ujaran kebencian mengindikasikan keterampilan berpikir kritis belum sepenuhnya dipahami oleh para guru.
Kedua, FSGI mendorong adanya gerakan literasi di setiap sekolah. Heru mengungkapkan, gerakan serupa yang selama ini diinisiasi pemerintah selama lebih membidik siswa gemar membaca.
Baca juga: Setelah Bagus Bawana, Penyebar Hoax ini Seorang Guru
Menurut Heru, yang sebenarnya lebih penting adalah literasi digital untuk guru. Guru juga diminta bijak untuk mencerna informasi di dunia maya yang sifatnya sumir. Guru lantas diimbau berhati-hati saat membagikan tautan laman tanpa memahami konten berita.
Ketiga, FSGI mengimbau guru tidak mudah dipolitisasi menjelang tahun politik. Apapun bentuk beritanya, termasuk berita hoaks 7 kontainer surat suara, guru tidak diperkenankan terlibat politik praktis. "Jika para guru jatuh ke dalam politik praktis, apalagi menjadi simpatisan, apa bedanya nanti guru dengan tim sukses?" ucap Heru.