TEMPO.CO, Jakarta -Debat capres edisi perdana malam ini memantik sejumlah warga membuka ruang diskusi, termasuk dengan warga milenial DKI Jakarta.
Ruang diskusi dianggap perlu untuk melebarkan jendela pandang masing-masing pemilih terhadap gagasan yang dikemukakan pasangan calon.
Baca :
Gerindra dan PDIP Perintahkan Kader Gelar Nobar Debat Capres
Debat Capres Malam Ini, Sedia Payung Sebelum Ikut Nobar di Jakarta Selatan
Debat capres 2019 akan digelar perdana malam ini menampilkan topik hukum, HAM, korupsi dan terorisme yang akan disampaikan pasangan Jokowi - Ma'ruf dan Prabowo - Sandiaga.
Bagi warga muda Jakarta, merembuk hasil debat keduanya lebih menyenangkan digelar di lokasi khusus. Hal itu disampaikan Yohana Shera, 26 tahun, warga yang tinggal di Palmerah, Jakarta Selatan. Sebagai milenial, ia memilih akan mendiskusikan debat capres di kafe sederhana.
"Enak di kafe yang banyak remaja, bukan orang dewasa," kata Shera pada Kamis, 17 Januari. Ia beralasan, bila diskusi dibuka di kafe dengan tamu mayoritas berumur, debat menjadi tak leluasa. Sebab, ia khawatir ada pihak yang bakal tersinggung dengan pernyataan mereka.
Warga asal Slipi, Hazliansyah, 34 tahun, menganggap halaman rumah adalah lokasi ideal untuk membahas debat capres. "Teman debatnya ya teman-teman," ucap Hazliansyah saat ditemui di tempat berbeda.
Ia beralasan, merembuk debat capres asyik dilakukan di tempat yang nihil keramaian. Musababnya, bila dilakukan di kafe-kafe dan tempat umum, berpotensi mengganggu tamu di meja sebelah.
Ia memberi alternatif. Selain di halaman rumah, Hazliansyah menganggap warung kopi di pinggir jalan juga menjadi tempat ideal. "Karena enggak ada yang terganggu kalau kita ngomong apa pun," ucapnya.
Ilustrasi pelayan membersihkan meja restoran. Shutterstock
Pernyataan serupa turut diaminkan oleh Fatkhurohim, 41 tahun. Perantau asal Jawa Tengah yang lama tinggal di Jakarta Timur itu menyebut warung kopi sederhana adalah tempat paling cocok.
Simak pula :
Ini Rute yang Bakal Dilalui Dua Paslon menuju Lokasi Debat Capres
Menurut dia, suasana yang akan terbangun bakal terasa kasual dan cenderung tak kaku. Di warung kopi pula, segala diskusi ia jamin akan diramu menjadi guyon dan tak berbuntut sentimen.
Sedangkan Dodi Wiraseto, 33 tahun, warga Ampera, Jakarta Selatan, mengatakan diskusi soal debat capres asyik digelar di kedai kopi yang menyediakan roti bakar. "Warung kopi seperti kopitiam. Sembari minum roti o plus roti bakar," ucapnya. Diskusi sengit pun akan terasa manis bila ada kopi dan roti.