TEMPO.CO, Jakarta - Mantan aktivis Forum Demokrasi yang turut membidani lahirnya aktivis prodemokrasi, Rahman Tolleng, tutup usia. Rahman Tolleng mengembuskan napas terakhir pada Selasa pagi, 29 Januari 2019, di Jakarta.
Istri mendiang Rahman Tolleng, Tati Rahman, mengatakan suaminya wafat pukul 05.25 WIB. "Sudah di rumah sakit sejak kemarin sore," kata Tati saat ditemui di Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Baca: Tokoh Pergerakan Rahman Tolleng Meninggal
Sebelum dibawa ke RS Abdi Waluyo, Rahman sempat dilarikan ke Rumah Sakit Omni Pulo Mas. Ia dilarikan ke rumah sakit setelah mengeluh sesak napas.
Rahman tutup usia setelah menderita penyakit komplikasi. Tati menuturkan sejak belasan tahun, suaminya itu mengidap komplikasi gagal ginjal, jantung dan gula. Jenazah Rahman disemayamkan di Rumah Sakit abdi Waluyo dan akan dimakamkan siang nanti di Ciburial, Bandung.
Menurut pantauan Tempo, sejumlah kerabat almarhum Rahman telah melayat sedari pagi. Turut melayat mantan Menteri Lingkungan Hidup Kabinet Indonesia Bersatu, Rachmat Witoelar. Rahman wafat meninggalkan dua anak dan tiga cucu.
Baca: Pandangan Rahman Tolleng dalam Surat Dari dan Untuk Pemimpin
Perjalanan Rahman ditandai pada pengujung era Orde Lama. Pada 1965, Rahman tercatat menjadi penggerak lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI).
Berkecimpung di dunia yang memperjuangkan kepentingan rakyat membuat Rahman melek politik. Pria kelahiran Sulawesi Selatan, 5 Juli 1937 itu lantas terjun sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) pada 1968 hingga 1971. Menjelang Pemilu 1971, ia turut menjadi saksi transformasi Sekretariat Bersama Golongan Karya menjadi Golkar.
Pada era yang sama, ia ditunjuk sebagai Pemimpin Redaksi Harian Suara Karya yang berkiblat pada Partai Golkar. Perjalanan Rahman di dunia politik sempat terjegal. Ia dan sejumlah aktivis pernah ditahan di Rutan Militer Boedi Oetomo, Jakarta, selama 16 bulan.
Perjalanan Rahman Tolleng kembali bersinar pada 1990-an. Ia menjadi pelopor lahirnya Forum Demokrasi atau Fordem. Fordem menjadi penggerak majunya Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai Presiden RI. Selain berkecimpung di politik, Rahman aktif sebagai Direktur Penerbitan PT Pustaka Utama Grafiti pada 1991 hingga 2006.