TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendukung penilaian Wakil Presiden RI Jusuf Kalla tentang Jakarta yang kontras antara pusat dan pinggiran kotanya. Menurutnya penilaian itu adalah fakta, bahwa memang dari udara pusat kota di kawasan Thamrin terlihat seperti Singapura tapi kawasan Tanjung Priok bak kota di Bangladesh.
Baca juga:
PK Kemenkeu Dikabulkan, Anies Ngotot Hentikan Swastanisasi Air
Menurut Anies, fakta itu menunjukkan kalau pemerintah selama ini tak serius menata Ibu Kota. Perencanaan tata ruang tidak dilakukan dengan target-target yang jelas. "Rencana tata ruang Jakarta tidak memperhitungkan dampak yang berpotensi muncul, seperti ketimpangan," katanya di Balai Kota DKI, Senin 28 Januari 2019.
Anies mencontohkan gedung yang saat ini berdiri sebagai Thamrin City dan Grand Indonesia dulunya adalah permukiman. Namun permukiman itu disulap lantaran masuknya investasi dan transaksi. Alhasil, terjadi perpindahan fungsi dari tempat tinggal menjadi mal.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berinteraksi dengan warga korban kebakaran di Tomang, Jakarta Barat, pada Selasa, 22 Januari 2019. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Contoh lain adalah pembangunan apartemen di Jakarta. Aturan bahwa apartemen harus berdiri di atas lahan seluas empat ribu meter persegi menyebabkan pembangunannya selalu di kawasan strategis.
Baca juga:
Anies Baswedan Diminta Benahi Pramuka Jakarta
Seandainya standar luasan itu diturunkan, lanjut dia, apartemen dapat dibangun di mana saja, baik untuk skala kelas menengah atau bawah. "Sekarang kan tidak, kalau apartemen pasti up-scale, kalau low-scale namanya rusun. Padahal dua-duanya adalah rumah susun," kata Anies.
Sebelumnya, Jusuf Kalla memperhatikan adanya perbedaan kontras di pusat dan pinggiran kota Jakarta. Pemikiran itu ada di benaknya ketika meninjau kondisi jalan Ibu Kota dari udara. "Ini Jakarta kalau kita ada di Jalan Thamrin itu seperti di Singapura. Tapi kalau kita di belakangnya, itu Tanjung Priok seperti Bangladesh," katanya.