TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta William Sabandar mengatakan pihaknya saat ini tengah menyeleksi uang elektronik keluaran perbankan yang bisa digunakan sebagai tiket MRT.
"Jadi pada saat MRT beroperasi, (kartu untuk pembayaran tiket) yang pertama adalah kartu MRT sendiri, yang kedua adalah tujuh kartu bank lain yang (sedang) kami seleksi ini," kata William di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin, 4 Februari 2019.
Baca: Opsi Tarif MRT Rp 8.500 dan Rp 10.000, Kepala Bappenas: Feasible
Menurut William, seleksi dilakukan untuk memilih kartu perbankan yang sudah bertipe C. Kartu dengan tipe itu, kata dia, dapat terbaca oleh mesin tapping hanya dalam waktu satu detik saja.
Akan tetapi, kata William, tidak semua kartu uang elektronik terbitan perbankan telah bertipe C. Menurut dia, beberapa bank masih menggunakan tipe E yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dibaca mesin tapping. "Kalau kartunya lama terbaca, kasihan penumpang," kata William.
Saat ini, menjelang beroperasi pada akhir Maret 2019, PT MRT Jakarta telah mencetak 954 ribu kartu tipe C yang terdiri dari dua jenis, yakni single trip untuk satu kali pemakaian dan multi trip untuk pemakaian berulang.
Baca: Alasan Anies Sebut Integrasi Tarif MRT dan Lainnya Belum di 2019
Selain itu, tiga perusahaan transportasi daerah Jakarta, yakni PT MRT, PT Light Rail Transit (LRT), dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) telah membentuk joint venture untuk membahas sistem integrasi pembayaran antarmoda menggunakan satu tiket. Kartu perbankan menjadi salah satu pilihan dalam menunjang integrasi tersebut.
"Kalau kartu Jak Lingko baru didesain untuk integrasi antara angkot dengan Transjakarta saja. Integrasi antarmoda angkot, LRT, MRT, Transjakarta, itu perlu desain kartu yang lebih kompleks," kata Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta, Muhamad Kamaluddin.