TEMPO.CO, Jakarta - Vihara Dharma Bhakti di Petak Sembilan, Tamansari, Jakarta Barat, ramai pengunjung hingga Senin tengah malam menjelang Tahun Baru Imlek 2019.
Baca: Tahun Baru Imlek 2019, BMKG: Seluruh Jakarta Diguyur Hujan
Kendati sudah tengah malam, pengunjung terus berdatangan ke vihara yang dibangun pada 1650. Ada yang datang sendirian. Namun kebanyakan dari mereka datang bersama keluarga untuk beribadah di malam Tahun Baru Imlek.
"Kami sekeluarga dari Sunter ingin bersembahyang. Semoga dikaruniai kelancaran rezeki dan kesehatan untuk semua," kata Willy Winoto yang datang bersama istri dan anaknya, Senin malam 4 Februari 2019.
Pria yang akrab disapa Ahuang itu mengatakan, dia menyempatkan diri untuk beribadah di malam hari sebagai antisipasi apabila situasi wihara terlalu ramai pada Selasa.
Warga keturunan Tionghoa bersembahyang di Vihara Dharma Bhakti, Petak Sembilan, Jakarta, 28 Januari 2017. Warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2568 yang merupakan Tahun Ayam Api dengan ibadah sembahyang. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Seperti Ahuang, Jacky asal Pluit, Jakarta Utara, pun yang menyempatkan diri mampir ke Wihara Dharma Bhakti bersama pasangannya sekaligus menyambangi keluarga yang bermukim di kawasan Petak Sembilan.
"Sembahyang, sekalian kumpul-kumpul keluarga. Ada makan-makan besok, jadi harus hadir," kata Jacky.
Hingga Selasa dini hari, para pengunjung terus berdatangan ke Vihara Dharma Bhakti yang juga biasa disebut Kelenteng Kim Tek Ie ini.
Karena keterbatasan tempat parkir di sekitar wihara, pengunjung pun terpaksa memarkir kendaraannya di tepi Jalan Gajah Mada sebelum persimpangan Jalan Kemenangan III menuju ke vihara.
Kendati demikian, tidak ada kemacetan menuju lokasi karena sejumlah anggota polisi dan TNI berjaga di setiap persimpangan. Beberapa di antaranya pun ikut mengarahkan pengunjung untuk mencari lokasi parkir.
Baca: Tahun Baru Imlek, Anies Baswedan Akan Hadir Saat Cap Go Meh
Suasana di dalam Vihara Dharma Bhakti dipenuhi pengunjung yang ingin beribadah menjelang Tahun Baru Imlek 2019. Aroma dupa dan asap memenuhi ruang persembahyangan, ditambah alunan musik khas Cina yang diputar melalui pengeras suara.
