Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fogging Dituding Tidak Efektif Cegah DBD, Ini Kata Guru Besar UI

image-gnews
Petugas Fogging Kecamatan Palmerah melakukan pengasapan di SDN Kota Bambu 07 Pagi, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat, 25 Januari 2019. Pemerintah DKI Jakarta menginstruksikan seluruh sekolah di Ibu Kota untuk mengantisipasi merebaknya kasus demam berdarah dengue atau DBD. ANTARA/Sigid Kurniawan
Petugas Fogging Kecamatan Palmerah melakukan pengasapan di SDN Kota Bambu 07 Pagi, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat, 25 Januari 2019. Pemerintah DKI Jakarta menginstruksikan seluruh sekolah di Ibu Kota untuk mengantisipasi merebaknya kasus demam berdarah dengue atau DBD. ANTARA/Sigid Kurniawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Universitas Indonesia Prof dr Saleha Sungkar menyatakan fogging sangat efektif untuk memberantas nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD). Bahkan pengasapan insektisida ini sangat efektif untuk penanggulangan ketika terjadi wabah.  

Baca: 2 Pasien DBD Meninggal, Wali Kota Depok: Fogging Tidak Efektif

Namun Saleha mengatakan fogging hanya efektif untuk penanggulangan saat terjadi kasus kejadian luar biasa (KLB) DBD di suatu daerah. 

"Pengasapan sangat efektif untuk membunuh nyamuk dewasa saat populasinya sedang tinggi. Jadi masih efektif kalau untuk kedaruratan saja," ujarnya dalam diskusi mengenai penyakit DBD di Jakarta, Rabu 13 Februari 2019. 

Fogging, kata Saleha, cepat sekali untuk menurunkan populasi nyamuk. Namun dia tidak menganjurkan jika pengasapan dilakukan secara rutin karena dinilai kurang efektif untuk memberantas populasi nyamuk.

Tak hanya kurang efektif, pengasapan menggunakan insektisida secara rutin juga mahal, mencemari lingkungan, bisa membuat vektor penular resisten, dan hanya memberikan keamanan palsu.

Dia menilai masyarakat sering kali merasa aman jika daerahnya sudah dilakukan pengasapan untuk mencegah demam berdarah padahal fogging tersebut hanya membunuh nyamuk dewasa dan masih menyisakan telur dan larva atau jentik nyamuk.

Terlebih lagi ada sejumlah masyarakat yang tidak mau dilakukan fogging di dalam rumah dan hanya di lingkungan sekitarnya saja. Padahal banyak nyamuk yang bersembunyi di dalam rumah seperti tumpukan pakaian atau barang-barang lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Fogging memang membunuh nyamuk dengan cepat, tapi seminggu kemudian nyamuknya keluar lagi. Harusnya diikuti pemberantasan sarang nyamuk," ujar Saleha.

Cara paling efektif untuk menurunkan populasi nyamuk ialah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di dalam rumah dan lingkungan sekitar rumah. Saleha memberi perhatian khusus pada tempat-tempat penampungan air atau yang bisa menampung air yang bisa menjadi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

Dia mengimbau agar masyarakat tidak hanya sekadar membuang air di bak mandi atau ember, tetapi juga menyikat dinding-dinding nya karena telur nyamuk bisa saja menempel. Saleha menekankan PSN merupakan cara paling efektif dalam pencegahan demam berdarah, namun perilaku masyarakat di Indonesia dinilai masih belum patuh dalam melaksanakannya. 

Sebelumnya, Wali Kota Depok Mohammad Idris menyebut jatuhnya korban jiwa di Kota Depok menunjukkan fogging sebagai gerakan pemberantasan  sarang nyamuk (PSN) tidak efektif. 

“(Selama ini) Pemahaman masyarakat dengan fogging ini efektif, padahal ini cuma membuat nyamuk mabuk,“ ujar Idris di kantornya, Kamis, 7 Februari 2019.

Baca: Cegah DBD, Jakut Sebar Ikan Cupang di Penampungan Air

Kejadian dua warga Depok meninggal karena DBD, menurut Idris menjadi pelajaran pentingnya PSN menjelang memasuki peralihan musim. Fogging, kata Idris tidak mematikan jentik nyamuk penyebab DBD. Jadi, kader-kader juru pemantau jentik (Jumantik) harus diefektifkan kembali.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

9 jam lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.


Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

10 jam lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

1 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

1 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

Kata Guru Besar Unpad soal kasus Kumba.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

1 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

1 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

Nadiem diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.


BINUS University Kukuhkan Prof. Ngatindriatun Sebagai Guru Besar, Gagas Smart Farming 5.0

2 hari lalu

BINUS University Kukuhkan Prof. Ngatindriatun Sebagai Guru Besar, Gagas Smart Farming 5.0

Kegiatan tridharma perguruan tinggi dalam ketahanan pangan khususnya pengembangan Smart Farming 5.0 harus menyatukan keilmuan multidisipliner klaster ekonomi, pertanian dan teknik.


Kumba Digdowiseiso Publikasi 160 Jurnal di 2024, KIKA Duga Ada Praktik yang Salah

2 hari lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kumba Digdowiseiso Publikasi 160 Jurnal di 2024, KIKA Duga Ada Praktik yang Salah

KIKA meragukan gelar guru besar yang disematkan kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nasional (Unas) Kumba Digdowiseiso


Mengenang Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous, Berikut Profil dan Karya-karyanya

2 hari lalu

Rektor ITB Reini Wirahadikusumah saat menyampaikan pidato pelepasan jenazah AD Pirous di Aula Timur ITB, Bandung, Jawa Barat, 17 April 2024. AD Pirous, Guru Besar Emeritus FSRD ITB dan salah satu maestro seni rupa modern di Indonesia wafat pada 16 April 2024 dalam usia 92 tahun. TEMPO/Prima Mulia
Mengenang Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous, Berikut Profil dan Karya-karyanya

Berikut perjalanan karya seniman yang juga Guru Besar Emeritus FSRD ITB AD Pirous.


Kemendikbud Siap Investigasi Khusus Dugaan Pencatutan Nama Dosen UMT oleh Dekan Unas

4 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Kemendikbud Siap Investigasi Khusus Dugaan Pencatutan Nama Dosen UMT oleh Dekan Unas

Kemendikbud akan menindaklanjuti informasi pencatutan nama dosen UMT oleh dekan Unas tersebut.