TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat teroris Al Chaidar mengatakan polisi harus terus waspada terhadap pergerakan jaringan teroris JAD (Jamaah Ansharut Daulah) yang masih aktif hingga menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 pada 17 April 2019. Ia mencatat sedikitnya ada 137 sel jaringan teroris yang masih aktif di Indonesia, dan sebagian besar tersebar di Pulau Jawa.
Baca juga: Ledakan di Nobar Capres, Al Chaidar: Bom, Diduga dari Teroris JAD
"Mereka ini masih aktif dan berpotensi menjadi ancaman menjelang pemilu 2019," kata Al Chaidar saat dihubungi, Senin, 18 Februari 2019. Menurut dia, sel jaringan teroris tersebut merupakan simpatisan negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Saat ini, jaringan yang masih aktif terus bergerak berasal dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) bentukan Aman Abdurahman yang telah divonis mati.
Jingan lain yang masih sangat aktif, ujar Al Chaidar, adalah Jamaah Ansharut Khilafah (JAK) Masyriq (Timur) dan JAK Maghrib (Barat). "Polisi harus terus waspada," ucapnya.
Menurut dia, ledakan yang terjadi di sekitar lokasi debat capres tadi malam pun, diduga ulah dari anggota JAD. Alasanny, seluruh sel teroris yang masih aktif tersebut menentang sistem demokrasi yang ada di Indonesia. "Jadi mereka terus akan melakukan teror. Tadi malam sudah ada kejutannya," ujarnya.
Al Chaidar memperkirakan ledakan yang terjadi tadi malam merupakan bom dengan daya low explosive atau berdaya ledak rendah. Bom itu diduga dipasang atas inisiatif anggota JAD. "Itu inisiatif anggota. Tidak ada instruksi pimpipinan mereka saya kira."
Baca juga: Ledakan Saat Nobar Capres, Sofyan Tsauri: Didalangi Teroris JAD
Al Chaidar meyakini jaringan teroris JAD yang meledakan bom tersebut berasal dari sel yang saat ini masih aktif di wilayah Bekasi. Sebab, di wilayah Bekasi masih ada pergerakan pemimpin JAD dalam kelompok kecil. "Mereka sekarang sangat aktif bergerak secara virtual."