TEMPO.CO, Jakarta - Aksi sadis kawanan geng motor diduga dipengaruhi ajakan para alumni di sekolahnya. Anggota geng motor yang ditangkap Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat dalam dua bulan terakhir tergolong sebagai anak di bawah umur. Empat orang di antaranya bahkan pelajar level Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Alumni di SMA dan SMP ada yang mempengaruhinya," kata Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi, Selasa, 19 Februari 2019.
Baca: Kata Polisi soal Anggota Geng Motor Berusia Anak dan Istilah Tank
Kepala Unit Kriminal Umum Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Rulian Syauri menjelaskan geng motor terbentuk atas dua jenis perkumpulan. Pertama, karena lokasi tempat tinggal yang sama. Kedua, karena berasal dari sekolah yang sama.
Rulian mencontohkan geng motor yang dibentuk atas dasar perkumpulan sekolah adalah Basmol atau barisan manusia oleng. Mereka berasal dari salah satu STM di Meruya, Kembangan, Jakarta Barat.
Para alumni sekolah diduga mempengaruhi juniornya untuk beraksi. "Mereka yang ngumpulin, mereka dipanggil abang," kata Rulian.
Baca: Pengakuan Geng Motor Soal Motif Kekerasan Terhadap Korbannya
Basmol merupakan salah satu geng motor yang menganiaya hingga tewas Ahmad Al Fandri. Kejadian itu terjadi pada 5 Februari lalu di Tanjung Duren, Jakarta Barat. Geng motor lain yang terlibat kasus tersebut di antaranya swiss alias sekitar wilayah Slipi, garjok alias garden pojok, dan israel alias istana sekitar rel.
Tidak hanya mempengaruhi untuk beraksi, Rulian mengatakan para alumni juga ikut tawuran. "Kalau adik-adiknya yang kalah, mereka yang turun," kata dia.
Rulian hampir memastikan bahwa alumni yang mempengaruhi itu dulunya juga merupakan anggota geng motor. Ia mengatakan polisi akan melakukan penyelidikan tentang keterkaitan para alumni tersebut.