TEMPO.CO, Jakarta - Mayoritas pedagang unggas di Pasar Burung Pramuka, Jakarta Timur menyebutkan transaksi masih ramai meskipun 2019 dianggap sebagai tahun politik.
"Penjualan masih ramai tidak terpengaruh penyelenggaraan Pemilu April mendatang," kata Hendra pedagang unggas di Pasar Burung Pramuka Jakarta, Jumat, 1 Maret 2019.
Baca : Tugas Ekstra Kapolda Metro Jaya: Mendinginkan Suhu Panas Politik
Hendra mengatakan, pemilu biasanya berlangsung hanya sehari ditambah sehari perhitungan suara, jadi tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan burung, setelah selesai Pemilu pasar akan ramai kembali.
"Biasanya pasar itu sepi pengunjung kalau lagi hujan, karena pembeli mengetahui saat musim hujan unggas banyak yang sakit," kata Hendra.
Penjual burung yang sudah menggeluti profesinya sejak kelas lima SD ini mengatakan kalau dari dulu perhatian pemerintah tidak terlalu besar pada pasar burung, pengalaman Hendra yang berjualan sejak kecil membuatnya bisa bertahan sampai saat ini.
Di lokasi yang sama, salah seorang pedagang mengaku bernama Nur mengatakan kalau biasanya Pasar Burung Pramuka itu ramai pengunjung pas akhir pekan atau tanggal merah. "Para pengunjung atau pecinta burung datang ke sini biasanya pada Sabtu sama Minggu dan hari libur. Pengunjung pasar ramai walaupun tidak beli, tapi tetap ramai yang datang," kata Nur.
Pedagang yang akrab dipanggil Nur Kumis ini menjual berbagai jenis burung mulai dari Kenari, Murai Batu, Lovebird, Pleci dan burung-burung lainnya.
Simak juga :
Tahun Politik, Ini Harapan Anies Baswedan untuk Jakarta
"Burung yang paling laku di toko saya adalah burung Murai, biasanya saya jual mulai dari Rp1.000.000 untuk yang ekornya pendek dan Rp 2.000.000 untuk yang panjang ekornya 19 centimeter," ujar Nur.
Pengunjung yang datang ke Pasar Burung Pramuka juga bukan hanya warga Jakarta tapi ada dari daerah lain yang datang seperti Bandung, Tegal, dan Indramayu. Keadaan tersebut tak berubah, termasuk saat memasuki tahun politik pada awal Januari lalu.