Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kegagalan Swasta Salurkan Air Bikin Penurunan Permukaan Tanah DKI

image-gnews
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait pengambilalihan pengelolaan air dari pihak swasta, di Balai Kota, Jakarta, Senin, 11 Februari 2019. Menurut Anies pengambilalihan akses air sekaligus mengoreksi kebijakan yang dibuat pada masa Orde Baru tepatnya pada 1997 dan juga kinerja mitra swasta tidak mencapai target dalam melayani masyarakat selama 20 tahun berjalan. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan keterangan dalam konferensi pers terkait pengambilalihan pengelolaan air dari pihak swasta, di Balai Kota, Jakarta, Senin, 11 Februari 2019. Menurut Anies pengambilalihan akses air sekaligus mengoreksi kebijakan yang dibuat pada masa Orde Baru tepatnya pada 1997 dan juga kinerja mitra swasta tidak mencapai target dalam melayani masyarakat selama 20 tahun berjalan. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kegagalan program swastanisasi air menyalurkan air bersih dituding ikut berperan pada penurunan permukaan tanah di Jakarta. 

Baca: PAM Jaya Siap Jadi Pengelola Air Jakarta
    
Anggota Tim Tata Kelola Air DKI Jakarta Nila Ardhanie menyebut, program swastanisasi air yang tak mampu memperluas cakupan distribusi air bersih kepada warga menjadi salah satu penyebab penurunan permukaan tanah. Menurut Nila, pemerintah DKI dan pihak swasta gagal dalam pendistribusian air bersih.

"Kegagalan memperluas cakupan layanan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong warga menyedot air tanah," kata Nila dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tempo, Ahad, 3 Maret 2019.

Nila berujar, pihak swasta mengklaim, cakupan layanan mencapai 62 persen. Angka ini berbeda dengan temuan Amertha Institute.

Riset Amertha Institute menunjukkan, pihak swasta cuma menyalurkan 35 persen dari 62 persen cakupan itu. Dari angka itu, hanya 8 persen yang dialirkan ke pelanggan berpenghasilan rendah.

Karena itulah, Nila menekankan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)  harus membuat rencana strategis untuk distribusi air 20 tahun ke depan. Tujuannya untuk menjamin pelayanan air bersih dirasakan oleh seluruh pelanggan.

"Yang terlayani hingga 100 persen, airnya layak diminum, terjangkau oleh warga dan mengalir selama 24 jam setiap hari," ucap Nila.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Advokat dari Kantor Hukum dan HAM Lokataru Haris Azhar menambahkan kegagalan negara dalam penyediaan air bersih merupakan bentuk pelanggaran konstitusi. Haris berpendapat, pemerintah dapat meminta bantuan hukum kepada negara lain guna menyelesaikan persoalan air di Jakarta.

Landasan hukumnya, yakni Pasal 2 ayat 1 Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. "Landasan hukum internasional ini telah diratifikasi oleh Indonesia yang dapat digunakan Pemprov DKI," tutur Haris.

Pada 2017, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR mencatat, Jakarta mengalami penurunan muka tanah 5-12 cm per tahun. Jika laju penurunan muka tanah terus berlangsung, Jakarta akan semakin rentan tergenang air pasang dan banjir. Dampak lainnya adalah meningkatnya risiko kerusakan pada infrastruktur jalan dan jembatan, degradasi bangunan yang diikuti penurunan nilai properti.    

Sebelumnya, pengelolaan air oleh perusahaan swasta atau disebut swastanisasi air dikeluhkan sejumlah warga. Warga merasa air yang tersalurkan ke rumahnya tak layak dikonsumsi sejak swastanisasi air. Saat ini, dua perusahaan swasta menjadi pengelola air di Jakarta, yaitu PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) di wilayah barat dan PT Aetra Air Jakarta (Aetra) menangani wilayah timur.

Baca: 7 Tahun Polemik Swastanisasi Air di Jakarta

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan bakal mengambil alih pengelolaan air di Jakarta dari pihak swasta, yaitu Aetra dan Palyja, sesuai dengan keputusan Mahkamah Agung yang mengabulkan gugatan Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ). Koalisi menilai kinerja swasta tidak menguntungkan warga. Seharusnya pengelolaan air dilakukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sopir dan Kernet Truk Tangki Pertamina jadi Tersangka BBM Bercampur Air di SPBU Bekasi

27 hari lalu

SPBU di Jalan Juanda, Bekasi terkontaminasi air.  Tempo/Adi Warsono
Sopir dan Kernet Truk Tangki Pertamina jadi Tersangka BBM Bercampur Air di SPBU Bekasi

Polres Metro Bekasi Kota menetapkan tiga tersangka dalam kasus BBM Pertalite bercampur air di SPBU 34.17106.


Inilah 5 Alasan Kucing Takut Air

29 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
Inilah 5 Alasan Kucing Takut Air

Ada beberapa hal yang membuat kucing takut dengan air. Salah satunya karena sifat genetik yang dibawa dari nenek moyang spesiesnya.


Perempuan di Gaza Melahirkan Tanpa Air

29 hari lalu

Perempuan Palestina menggending kedua anaknya saat keluarga mereka tinggal di sekolah PBB di Gaza (3/9). AP/Khalil Hamra
Perempuan di Gaza Melahirkan Tanpa Air

UN Women melaporkan situasi terkini bagi perempuan di Gaza yang kekurangan makanan dan air, serta dampaknya bagi kehidupan mereka.


Banjir Laten di Kota Semarang dan Pantura, Ini Penyebabnya

37 hari lalu

Warga menyaksikan jalan Pantura yang terendam banjir di Karanganyar, Demak, Jawa Tengah, Minggu, 17 Maret 2024. Banjir yang disebabkan jebolnya tanggul Sungai Wulan pascahujan deras dari wilayah hulu itu merendam jalan nasional jalur Semarang-Surabaya, sementara arus lalu-lintas dialihkan ke jalur alternatif melalui Kabupaten Jepara dan Grobogan. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Banjir Laten di Kota Semarang dan Pantura, Ini Penyebabnya

Kota Semarang dan daerah Pantura kembali mengalami banjir saat cuaca ekstrem seperti belakangan ini. Apa Penyebabnya?


21 Daerah yang Alami Penurunan Tanah di Indonesia, Ada Demak-Semarang di Pantura

37 hari lalu

Warga membentangkan bendera merah putih saat mengikuti upacara bendera di perkampungan mereka yang terendam limpasan air laut ke daratan atau banjir rob di Dusun Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Kamis, 17 Agustus 2023. Dalam Upacara peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI, warga mengampanyekan ancaman krisis iklim serta menyuarakan tuntutan penyelesaian dan solusi pemerintah mengenai masalah kerusakan lingkungan pesisir setempat yang terancam hilang tenggelam akibat kenaikan air laut disertai penurunan muka tanah. ANTARA/Aji Styawan
21 Daerah yang Alami Penurunan Tanah di Indonesia, Ada Demak-Semarang di Pantura

Daerah di Utara Jawa memiliki potensi yang lebih besar alami penurunan tanah dan bisa akibatkan kerugian fisik sampai ekonomi.


Banjir Semarang, Pakar UGM Peringatkan Berkurangnya Daerah Tangkapan Air dan Alihfungsi di Pesisir

38 hari lalu

Warga menyiapkan air bersih di depan rumahnya yang terendam banjir di kawasan Jalan Sawah Besar, Semarang, Jawa Tengah, Kamis 14 Maret 2024. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang sebanyak 158.137 jiwa di 40 kelurahan terdampak luapan Banjir Kanal Timur (BKT) karena intensitas hujan tinggi pada Rabu malam dengan ketinggian air dari 20 sentimeter hingga 80 sentimeter. ANTARA FOTO/Makna Zaezar.
Banjir Semarang, Pakar UGM Peringatkan Berkurangnya Daerah Tangkapan Air dan Alihfungsi di Pesisir

Salah satu penyebab banjir di Semarang diantaranya penurunan tanah dan berkurangnya wilayah resapan air


BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

56 hari lalu

Warga Tarumajaya, Bekasi memanfaatkan air bocoran pipa PDAM karena air PAM sudah seminggu mati , Rabu, 27 September 2023. Tempo/Adi Warsono
BRIN Sebut Indonesia Hadapi Dua Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan.


Blokir Truk Kemanusiaan Masuk Gaza, Ekstremis Israel: Musuh Dibunuh, Bukan Diberi Makan!

3 Februari 2024

Para pengunjuk rasa memblokir bantuan kemanusiaan di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di pelabuhan Ashdod di Israel , 1 Februari 2024. REUTERS/Dylan Martinez
Blokir Truk Kemanusiaan Masuk Gaza, Ekstremis Israel: Musuh Dibunuh, Bukan Diberi Makan!

Ratusan ekstremis dan kerabat sandera Israel menghalangi masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Gaza selama lebih dari sepekan terakhir


Tak Ada Pembalut, Perempuan Gaza Terpaksa Gunakan Sisa Terpal Tenda

22 Januari 2024

Seorang wanita dan seorang gadis Palestina beristirahat di tenda pengungsian di persimpangan Rafah di perbatasan dengan Mesir, di Jalur Gaza selatan, 8 Desember 2023. Lebih dari 5.000 perempuan telah terbunuh sejak Israel mengobarkan perang di Gaza akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel selatan. REUTERS/Mohammed Salem
Tak Ada Pembalut, Perempuan Gaza Terpaksa Gunakan Sisa Terpal Tenda

Para perempuan Gaza terpaksa menggunakan pakaian, handuk hingga sisa bahan terpal tenda untuk digunakan sebagai pengganti pembalut.


Mengenal 7 Jenis Hidroterapi dan Manfaatnya

29 Desember 2023

Graciela Elizalde (8) menjalani perawatan hidroterapi di kolam renang di Monterrey, Meksiko, 29 Oktober 2015. Graciela menderita sindrom Lennox-Gastaut, jenis penyakit epilepsi yang menyebabkan kejang intens. AP/Esteban Felix
Mengenal 7 Jenis Hidroterapi dan Manfaatnya

Hidroterapi merupakan metode pengobatan yang menggunakan air untuk mengatasi berbagai gejala pada tubuh. Ada 7 jenis hidroterapi