TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan pihaknya sudah memetakan kawasan yang paling terdampak wabah demam berdarah dengue atau DBD di Jakarta. Hasilnya, terdapat lima kecamatan yang tersebar di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan sebagai kawasan terbanyak kasus DBD.
"Kecamatan paling tinggi di Jakarta per 3 Maret 2019 ada di Kalideres, Pasar Rebo, Cipayung, Matraman, dan Jagakarsa. Kami update datanya seminggu sekali," ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 4 Maret 2019.
Baca: Lewat Ingub DBD, Anies Minta Jajaran Galakkan Gerakan 3M Plus
Pengukuran tingkat penderita DBD di lima kecamatan itu melalui tingkat kejadian (incidence rate/IR), yakni dengan menghitung kejadian per 100 ribu penduduk. Di Kalideres jumlah IR adalah 58,21 dari seribu penduduk, Pasar Rebo 50,5, Cipayung 50,41, Matraman 44,15, dan Jagakarsa 41,67.
Selain kecamatan, Widyastuti mengatakan pihaknya memetakan sebanyak 84 RW di Jakarta sebagai wilayah paling rawan DBD. Puluhan RW antara lain, 3 RW di Jakarta pusat, 7 RW di Jakarta Utara ada, 38 RW di Jakarta Barat, 11 RW di Jakarta Selatan, dan 25 RW di Jakarta Timur. Di wilayah itu, kasus DBD terjadi hingga tiga kali dalam sepekan.
Widyastuti menerangkan sampai akhir Februari 2019, total penderita DBD mencapai 1.354 jiwa atau telah meningkat dibandingkan Januari 2019 yang hanya 989 jiwa. "Total dari Januari sampai tanggal 2 Maret, ada 2.282 kasus DBD di DKI Jakarta dan 1 kematian," ujarnya.
Baca: Ledakan Wabah DBD di Tangerang Bulan Ini, Rumah Sakit Penuh
Dinas Kesehatan DKI memprediksi kasus DBD akan terus meningkat signifikan hingga akhir Maret 2019 atau saat musim penghujan selesai. Meningkatnya kasus DBD, kata Wisyastuti, karena intensitas kelembapan udara yang cukup tinggi di lima wilayah di Jakarta.
Untuk mengantisipasi terus meningkatnya kasus DBD, Widyastuti mengimbau kepada warga untuk rutin melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik).