TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Jakarta Selatan memetakan potensi banjir terjadi di seluruh 10 kecamatan di wilayahnya. Mereka mengantisipasi peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah Indonesia, termasuk DKI Jakarta, memasuki awal Maret 2019.
Baca:
Katulampa Siaga 3, Banjir Rendam Sebagian Jakarta
"Karena titik rawan bencana ada di setiap kecamatan, maka sudah diimbau agar petugas siap siaga," kata Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali di kantornya, Selasa 5 Maret 2019.
Untuk mengantisipasi bencana banjir, dia telah memastikan kelancaran semua saluran air di sejumlah sungai yang ada di Jakarta Selatan. "Mudah-mudahan tali-tali air lancar sehingga tidak terjadi banjir."
Marullah menyadari pada pekan pertama bulan ini ada peningkatan curah hujan yang cukup tinggi. Namun, Marullah enggan merinci penyebaran dan pemetaan titik bencana yang tersebar di sepuluh kecamatan yang ada di Jakarta Selatan
Dia hanya menuturkan untuk bencana tanah longsor sampai sekarang sulit untuk diprediksi kejadiannya. "Kami sudah sampaikan kepada warga yang tinggal di titik rawan, bahwa lokasi itu rawan," katanya.
BMKG memprediksi curah hujan tinggi di wilayah Jakarta dan sekitarnya hingga April nanti. Penyebabnya, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia. MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia. Khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.